Jelang Pertemuan Trump dengan Putin, Para Pemimpin Eropa Optimistis Gencatan Senjata
Pertemuan Trump dan Putin nantinya akan membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.
IDXChannel - Para pemimpin Eropa tampak optimistis namun berhati-hati setelah mengadakan pertemuan virtual dengan Donald Trump pada hari Rabu, dua hari sebelum ia bertemu dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin di Alaska.
Pertemuan Trump dan Putin nantinya akan membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Dilansir dari laman BBC Kamis (13/8/2025), Trump dilaporkan memberi tahu Eropa bahwa tujuannya dalam pertemuan tersebut adalah untuk mencapai gencatan senjata antara Moskow dan Kyiv. Ia juga setuju bahwa setiap masalah teritorial harus diputuskan dengan melibatkan Volodymyr Zelensky.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut, jaminan keamanan harus menjadi bagian dari kesepakatan.
"Berbicara dengan Trump, memungkinkannya untuk mengklarifikasi niatnya dan memberi Eropa kesempatan mengungkapkan harapan kami," kata Macron.
Trump dan Wakil Presiden JD Vance berbicara dengan para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Finlandia, dan Polandia, serta Sekjen Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Sekjen NATO Mark Rutte.
Panggilan telepon mereka merupakan upaya terakhir untuk tetap memprioritaskan kepentingan Ukraina dan keamanan benua itu di benak Trump. Sampai batas tertentu, upaya tersebut tampaknya berhasil.
Pada Rabu malam, Trump memberi nilai sepuluh untuk pertemuan tersebut dan mengatakan Rusia akan menghadapi konsekuensi sangat berat kecuali jika menghentikan perangnya di Ukraina.
Ia juga mengatakan bahwa jika pertemuan hari Jumat berjalan lancar, ia akan mencoba menyelenggarakan pertemuan kedua yang cepat yang melibatkan Putin dan Zelensky.
Namun, dalam pernyataan mereka, para pemimpin Eropa menegaskan kembali perlunya keterlibatan Kyiv dalam setiap keputusan akhir dan menunjukkan kegugupan yang mendasari bahwa Putin pada akhirnya dapat membujuk Trump untuk menyerahkan wilayah Ukraina dengan imbalan gencatan senjata.
"Yang terpenting adalah Eropa meyakinkan Donald Trump bahwa Rusia tidak bisa dipercaya," kata Donald Tusk dari Polandia.
Sementara Kanselir Jerman Friedrich Merz menekankan bahwa para pemimpin telah menegaskan bahwa Ukraina harus dilibatkan segera setelah pertemuan lanjutan berlangsung.
"Jika pihak Rusia menolak memberikan konsesi apa pun, maka Amerika Serikat dan kita, bangsa Eropa, harus dan wajib meningkatkan tekanan," kata Merz.
Sejak KTT AS-Rusia diumumkan pekan lalu, Trump telah beberapa kali menyinggung tukar-menukar lahan antara Kyiv dan Moskow sehingga memicu kekhawatiran serius di Ukraina dan di luar negeri.
Dia mungkin juga bersiap untuk memenuhi tuntutan lama Putin untuk merebut sebagian besar wilayah Ukraina.
Pada Rabu pagi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexey Fadeev menegaskan kembali bahwa sikap Rusia tidak berubah sejak Putin menetapkannya pada Juni 2024.
Saat itu, Putin mengatakan gencatan senjata akan dimulai segera setelah pemerintah Ukraina menarik diri dari empat wilayah yang sebagian diduduki Rusia yakni Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Ia juga mengatakan Ukraina harus secara resmi menyerah dalam upayanya untuk bergabung dengan aliansi militer NATO.
(kunthi fahmar sandy)