News

Kasus Covid-19 Hanya 500, Ahli Kesehatan Dukung PPKM Dicabut

Febrina Ratna 29/12/2022 15:12 WIB

Ahli kesehatan, Prof Zubairi Djoerban, mendukung langkah pemerintah mencabut PPKM. Namun, jika kasus Covid-19 kembali naik, kebijakan itu diterapkan kembali.

Kasus Covid-19 Hanya 500, Ahli Kesehatan Dukung PPKM Dicabut. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan untuk mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Januari 2023. Salah satu alasannya kasus Covid-19 yang cukup landai.

Rata-rata kasus baru Covid-19 saat ini berkisar 500 per hari. Hal itu juga diikuti oleh jumlah kematian dan keterisian rumah sakit yang rendah.

Ahli kesehatan, Profesor Zubairi Djoerban, pun mendukung langkah pemerintah. “Pada prinsipnya saya setuju PPKM dicabut. Data-datanya mendukung kebijakan tersebut: rata-rata 500 kasus per hari, dengan angka kematian & BOR (bed occupation rate) rendah,” kata Zubairi melalui akun Twitter @ProfesorZubairi pada Rabu, 28 Desember 2022.

Ia menambahkan data jumlah kasus baru pada 26 Desember 2022 mendukung kebijakan pencabutan Covid-19 sekaligus memperingatkan rendahnya tes PCR harian di Indonesia.

“Misalnya kasus harian pada 26 Desember 2022 hanya 468, meninggal 14 orang. Jadi memang turun drastis. Tapi tolong dicatat juga bahwa tes harian PCR di Indonesia rendah banget, di bawah 10 ribu per hari. Dulu pernah 90 ribu,” tulis Zubairi.

Meski begitu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Kramat 128 Zubairi itu mengingatkan pemerintah untuk terus memperhatikan sifat pandemi Covid-19 yang dinamis. Sehingga selalu siap memberlakukan PPKM ketika kasus naik kembali.

“Kalau angka kasus rendah, ya PPKM dilepas, kalau naik signifikan, ya harus segera diberlakukan PPKM, jangan telat,” katanya.

Zubairi juga menyinggung perihal kebijakan Zero-Covid di China yang tidak efektif dalam mencegah persebaran Covid-19. “Sampai medio 2022 kebijakan ini bagus. Namun nyatanya tidak untuk saat ini. Padahal, prinsip penyakit menular kan begitu dikarantina lama, ya selesai. Tapi di sisi lain, kekebalan tubuh kita dari vaksinasi tidak bertahan lama,” katanya.

Ia menjelaskan kurang efektifnya kebijakan Zero-Covid China karena kekebalan mereka hanya didapat dari vaksinasi, tidak natural seperti negara lain yang imun tubuh berkembang dengan baik setelah terinfeksi Covid-19.

“Kekebalan tubuh dari vaksinasi setelah enam bulan, ya turun. Ini yang terjadi di Tiongkok. Kekebalan mereka dari vaksinasi saja. Karena ada satu kasus, langsung lockdown. Beda dengan beberapa negara lain yang kekebalannya juga diperkuat dengan infeksi natural,” jelas Zubairi.

“Artinya bagi yang sudah vaksinasi lengkap dan juga terinfeksi Covid-19, kekebalan tubuhnya tinggi banget,” ujarnya.

Penulis: Ahmad Fajar

(FRI)

SHARE