News

Kasus ISPA Akibat Polusi di Jabodetabek Tembus 200 Ribu per Bulan

Muhammad Sukardi 29/08/2023 01:00 WIB

Kondisi udara yang memburuk di Indonesia tentu saja menjadi perhatian serius bagi semua kalangan.

Kasus ISPA Akibat Polusi di Jabodetabek Tembus 200 Ribu per Bulan. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Kondisi udara yang memburuk di Indonesia tentu saja menjadi perhatian serius bagi semua kalangan. Polusi udara terbukti menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut peningkatan kasus infeksi saluran napas (ISPA) di wilayah Jabodetabek karena polusi udara meningkat drastis. 

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan menurut data tercatat kasus ISPA di Jabodetabek tembus hingga 200 ribu per bulan.

"Hasil data surveilans yang dilakukan dalam enam bulan terakhir menunjukan terjadi peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang dilaporkan di Puskesmas maupun di rumah sakit Jabodetabek, di mana untuk wilayah DKI Jakarta mencapai 200 ribu kasus per bulan," ujar Maxi dalam media briefing Kemenkes RI, Senin (28/8/2023).

Sementara itu, Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Pernapasan dan Dampak Polusi Udara, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P (K), FISR, FAPSR., menyebut kasus ISPA pada Januari hingga Juli 2023 di Jabodetabek mengalami peningkatan.

"Data di puskesmas dan rumah sakit yang kita kumpulkan pada Januari sampai Juli, kasusnya lebih tinggi dari tahun lalu," jelasnya.

Menurutnya hal itu berdampak pada peningkatan polusi udara di wilayah DKI Jakarta. Tentu ini memberikan pola bahwa ketika peningkatan polutan ini terjadi, kasus ISPA meningkat.

"Seiring dengan data riset dari Bappenas 2022, dikatakan peningkatan polutan berkontribusi pada peningkatan kasus ISPA dan pneumonia di Jakarta hampir 10 tahun," tambahnya.

Selain itu, hasil survei Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), 2019, menyebutkan penyakit pernapasan termasuk 10 penyakit terbanyak di Indonesia, dan polusi udara merupakan faktor risiko kematian kelima tertinggi di Indonesia setelah hipertensi, gula darah, merokok dan obesitas.

Terlebih bagi orang yang pernah terkena penyakit pernapasan dan juga kelompok yang rentan terdampak akibat polusi udara seperti anak-anak, ibu hamil, orang dengan komorbid dan orang lanjut usia.

“Berbagai riset yang ada menyebut infeksi sekunder, terhadap penyakit respirasi biasanya lebih tidak baik daripada infeksi yang pertama, oleh karena itu cegah jangan sampai terjadi terutama pada empat kelompok risiko tinggi sehingga kalau aktivitas di luar ruangan pakai masker," pungkas Prof Agus. (NIA)

SHARE