Kecelakaan Pesawat di Sao Paulo Brasil Diduga Karena Lapisan Es di Sayap dan Baling-Baling
Situs pelacak penerbangan FlightRadar24 mengungkapkan, sebelum jatuh, pesawat tersebut sempat memberikan sinyal peringatan aktif terkait adanya ‘lapisan es'.
IDXChannel - Maskapai penerbangan domestik Voepass sejauh ini belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab kecelakaan pesawat berjenis ATR 72-500 buatan Prancis yang jatuh di Sao Paulo, Brasil, pada Jumat 9 Agustus 2024.
Pesawat tersebut jatuh di Kota Vinhedo, Sao Paolo, ketika dalam penerbangan dari Cascavel, negara bagian Parana selatan, ke Bandara Internasional Guarulhos Sao Paulo dan menewaskan sebanyak 61 penumpang.
Namun, seorang pejabat negara bagian Sao Paulo mengonfirmasi bahwa ‘Black Box’ alias perekam penerbangan kotak hitam pesawat telah ditemukan.
Selain itu, situs pelacak penerbangan FlightRadar24 mengungkapkan, sebelum jatuh, pesawat tersebut sempat memberikan sinyal peringatan aktif terkait adanya ‘lapisan es yang parah’.
Sinyal tersebut tertangkap pada ketinggian antara 12.000 kaki dan 21.000 kaki, lalu pesawat terbang pada ketinggian 17.000 kaki sesaat sebelum kecelakaan.
Diduga, lapisan es tersebut berasal dari tetesan air yang membeku dan terkumpul pada permukaan seperti sayap dan bilah baling-baling pada pesawat.
Hal ini dapat menghambat kinerja pesawat dengan mengurangi daya dorong, mengurangi daya angkat, dan meningkatkan hambatan.
Direktur operasi Voepass, Marcelo Moura, mengatakan kepada wartawan, meskipun ada perkiraan bahwa lapisan es tersebutlah yang menjadi penyebab kecelakaan, namun menurutnya masih ada faktor utama lain yang sedang ditelusuri.
Letnan Kolonel Carlos Henrique Baldi, dari pusat investigasi dan pencegahan kecelakaan udara angkatan udara Brasil, juga menyebut, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa lapisan es tersebut yang menyebabkan kecelakaan.
Pasalnya, pesawat tersebut disertifikasi di beberapa negara untuk terbang dalam kondisi lapisan es yang parah.
“Termasuk di negara-negara yang tidak seperti negara kita, di mana dampak lapisan es lebih signifikan," kata Baldi, melansir dari laman Sky News, Sabtu, (10/8/2024).
Pesawat itu terdaftar oleh situs pelacak penerbangan FlightRadar24 sebagai pesawat turboprop ATR 72-500 berusia 14 tahun.
Situs web tersebut mencatat bahwa pada menit terakhirnya, transponder pesawat mencatat kecepatan vertikal antara 8.000 dan 24.000 kaki per menit. Kecepatan tertinggi dari rentang tersebut setara dengan 273 mil per jam.
Pihak berwenang sendiri telah menutup area kawasan perumahan di sekitar lokasi kecelakaan pesawat terjadi. Sementara petugas pemadam kebakaran dan polisi militer terus mengirim tim.
Seorang saksi mata bernama Ana Lucia, menyaksikan kecelakaan itu dan sempat ketakutan jika pesawat itu jatuh di halaman rumahnya.
Beruntung, kecelakaan pesawat tersebut tidak memakan korban penduduk yang berada di sekitar lokasi kecelakaan.
"Saya pikir pesawat itu akan jatuh di halaman rumah kami. Itu menakutkan, tetapi syukurlah tidak ada korban di antara penduduk setempat. Namun, tampaknya 61 orang di dalam pesawat itu adalah korban sebenarnya,” tutur Lucia.
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva telah berpidato di sebuah acara di bagian selatan negara itu, di mana ia mengatakan tampaknya semua penumpang dan awak pesawat telah tewas.
Ia kemudian meminta orang banyak untuk berdiri dan mengheningkan cipta selama satu menit.
(Febrina Ratna)