News

Korsel Khawatir Serangan AS ke Iran Ganggu Perdagangan dan Pasokan Energi

Ibnu Hariyanto 23/06/2025 13:38 WIB

Pemerintah Korea Selatan khawatir dengan dampak ekonomi yang mungkin muncul usai serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

Pemerintah Korea Selatan khawatir dengan dampak ekonomi yang mungkin muncul usai serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. (foto: Freepik)

IDXChannel – Pemerintah Korea Selatan khawatir dengan dampak ekonomi yang mungkin muncul usai serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Konflik geopolitik itu dinilai bisa mengganggu stabilitas perdagangan dan energi global.

Wakil Menteri Industri Korea Selatan, Moon Shin-hak mengatakan konflik di Timur Tengah kini memasuki fase baru yang menimbulkan risiko bagi aktivitas ekonomi negaranya. Terlebih, Korsel sangat bergantung pada ekspor dan impor bahan baku energi.

“Seiring situasi di Timur Tengah memasuki fase baru akibat serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran, ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap ekspor dan impor kita,” ujar Moon Shin-hak dikutip dari pernyataan resmi Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi sebagaimana dilansir dari Channel News Asia, Senin (23/6/2025)..

Korsel merupakan ekonomi terbesar keempat di Asia dan sangat mengandalkan perdagangan internasional sebagai pendorong pertumbuhan. Sektor energi menjadi salah satu area paling rentan, mengingat tingginya ketergantungan negara itu pada minyak impor.

Pada 2023, sekitar 72 persen total impor minyak mentah Korsel berasal dari kawasan Timur Tengah. Dengan ketegangan yang meningkat, potensi gangguan pasokan menjadi kekhawatiran utama.

Harga minyak global melonjak ke level tertinggi sejak Januari pada perdagangan Senin, setelah pasar menilai ada kemungkinan Iran membalas serangan AS dengan memblokir Selat Hormuz—jalur strategis yang dilalui sekitar 20 persen pasokan minyak dunia.

Menanggapi perkembangan itu,  pemerintah Korsel menggelar rapat darurat keamanan nasional pada Minggu (22/6/2025) waktu setempat untuk menilai potensi dampak ekonomi, termasuk antisipasi terhadap lonjakan harga energi dan gangguan pengiriman.

Sementara itu, Kantor Kepresidenan mengumumkan bahwa Presiden Lee Jae-myung tidak akan menghadiri KTT NATO pekan ini. Lee Jae-myung ingin tetap fokus mengawasi situasi dan memastikan stabilitas ekonomi dalam negeri.

>

(Ibnu Hariyanto)

SHARE