News

Lebih dari 60 Negara Berlomba-lomba untuk Merespons Tarif Terbaru Trump

Kunthi Fahmar Sandy 09/08/2025 00:37 WIB

Lebih dari 60 negara di seluruh dunia berlomba-lomba merespons gelombang tarif terbaru AS yang diumumkan oleh Donald Trump, yang mulai berlaku Kamis.

Lebih dari 60 Negara Berlomba-lomba untuk Merespons Tarif Terbaru Trump (FOTO:Dok Laman The Guardian)

IDXChannel - Lebih dari 60 negara di seluruh dunia berlomba-lomba merespons gelombang tarif terbaru AS yang diumumkan oleh Donald Trump, yang mulai berlaku Kamis.

Dilansir dari laman The Guardian Sabtu (9/8/2025), perwakilan industri di negara-negara kaya dan miskin memperingatkan akan terjadinya PHK karena tarif tersebut menjungkirbalikkan sistem perdagangan dunia yang telah berusia puluhan tahun dengan tarif berkisar antara 10 persen hingga 39 persen, 40 persen, dan 41 persen untuk Swiss, Brasil, dan Suriah.

Di seluruh dunia, para pemimpin berupaya menyiapkan langkah-langkah kontinjensi setelah ancaman tarif Trump menjadi kenyataan satu menit setelah tengah malam waktu Washington.

Pemerintah Brasil mengatakan sedang merencanakan program bantuan negara bagi perusahaan-perusahaan yang terdampak. Presiden Luiz Inácio Lula da Silva mengatakan bea masuk tersebut merupakan pemerasan yang tidak dapat diterima.

Swiss sedang mengupayakan perundingan baru dengan AS, setelah kunjungan mendadak presidennya Karin Keller-Sutter ke Washington gagal menghentikan kenaikan tarif sebesar 39 persen yang digambarkan oleh kelompok industri Swissmem sebagai skenario mengerikan.

Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan darurat dengan Keller-Sutter, kabinet Swiss mengatakan tarif tersebut akan memberikan tekanan substansial pada ekonomi Swiss yang berorientasi ekspor.

"Bagi sektor-sektor yang terdampak, perusahaan-perusahaan dan karyawan mereka, ini merupakan situasi yang luar biasa sulit," ujar Keller-Sutter kepada para wartawan.

Taiwan juga melanjutkan perundingan dengan AS. Presiden Lai Ching-te mengatakan tarif 20 persen yang dikenakan pada sekutu utama Washington tersebut bersifat sementara.

Namun, meskipun bea cukai membuat ekspor suatu negara lebih mahal dan kurang kompetitif, bea cukai tersebut dibayarkan saat impor dan biasanya dibebankan kepada pelanggan.

"Satu-satunya hal yang dapat menghentikan kebesaran Amerika adalah pengadilan sayap kiri radikal yang ingin melihat negara kita gagal," kata presiden.

Beberapa mitra dagang telah mendapatkan pengurangan melalui negosiasi atau dengan mencapai kesepakatan, termasuk Inggris, Thailand, Kamboja, Vietnam, Indonesia, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Pakistan, dan Uni Eropa.

Sementara itu, Uni Eropa adalah satu-satunya mitra dagang yang tarif dasarnya sebesar 15 persen akan mencakup tarif sebelumnya. Artinya, misalnya, keju yang biasanya dikenakan bea masuk sebesar 14,9 persen akan dikenakan pajak sebesar 15 persen, bukan 29,9 persen.

Namun, kesepakatan ini baru terlaksana sebagian, dengan tarif sebesar 27,5 persen yang masih dikenakan pada impor mobil Uni Eropa, sementara detail kesepakatan AS-Uni Eropa sedang diselesaikan.

Hildegard Müller, Presiden Federasi Industri Otomotif Jerman mengatakan kesepakatan Uni Eropa-AS tidak membawa kejelasan atau perbaikan bagi industri. "Tarif sektoral untuk mobil dan suku cadang otomotif sebesar 27,5 persen yang telah berlaku masing-masing sejak April dan Mei masih berlaku dan memberikan beban yang signifikan bagi produsen mobil dan pemasok otomotif Jerman, serta bagi perdagangan transatlantik. Penting agar kesepakatan yang dijanjikan tercapai sekarang dan langkah-langkah keringanan segera dilaksanakan," ujarnya.

Tarif India sebesar 25 persen dapat naik menjadi total 50 persen setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada hari Rabu yang mengenakan pungutan tambahan sebagai balasan atas pembelian minyak negara itu dari Rusia. Delhi memiliki waktu 21 hari untuk merespons. Trump pun telah mengancam akan menggunakan taktik yang sama terhadap negara-negara lain yang memasok Rusia.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE