News

Listrik Aceh Baru Pulih 36 Persen, Kerusakan Infrastruktur Jadi Hambatan

Dhera Arizona Pratiwi 12/12/2025 17:57 WIB

Pemulihan kelistrikan Aceh pascabencana banjir dan longsor menuntut langkah bertahap dan penuh kehati-hatian.

Listrik Aceh Baru Pulih 36 Persen, Kerusakan Infrastruktur Jadi Hambatan. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Pemulihan kelistrikan Aceh pascabencana banjir dan longsor menuntut langkah bertahap dan penuh kehati-hatian. Sebab, kerusakan infrastruktur yang luas dan tersebar di banyak titik. 

Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Ramzi Adriman menjelaskan, kondisi sistem saat ini sangat sensitif. Sehingga, setiap tahap pemulihan perlu dijalankan secara terukur.

“Bencana ini tidak hanya merusak satu bagian sistem, tetapi banyak sekaligus. Karena itu, setiap penyalaan harus dipastikan stabil agar tidak memicu gangguan yang meluas,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (12/12/2025).

Ramzi menyebut kerusakan yang terjadi mencakup jaringan transmisi, gardu induk, hingga distribusi. Lokasinya pun saling berjauhan, sehingga penanganan tiap titik memerlukan pendekatan teknis yang berbeda. 

Dalam situasi seperti ini, salah satu proses paling penting adalah sinkronisasi antarinfrastruktur ketenagalistrikan—tahap yang menyatukan pembangkit, gardu induk, dan jaringan agar kembali bekerja dalam satu sistem.

“Sinkronisasi menuntut kecermatan tinggi. Frekuensi, tegangan, dan beban harus benar-benar seirama. Jika ada yang belum siap, proses penyatuan tidak bisa dipaksakan karena risikonya langsung pada stabilitas sistem,” katanya.

Dia juga menilai manajemen beban atau penyalaan bergilir yang saat ini masih berlangsung sebagai langkah pengamanan sistem dalam kondisi yang mendesak. Dengan kapasitas sementara yang belum pulih sepenuhnya, penyalaan bergilir membantu menjaga agar layanan tetap berjalan sekaligus mencegah sistem mengalami beban berlebih.

Di lapangan, tantangan bertambah dengan akses ke sejumlah wilayah yang masih terputus. Pengiriman material dan peralatan harus menyesuaikan kondisi jalan, cuaca, dan jalur alternatif yang tersedia. Situasi ini menjadikan koordinasi teknis dan logistik sebagai faktor kunci keberhasilan pemulihan.

Dalam pandangan akademisnya, karakter kerusakan yang tersebar dan sistem yang masih sensitif memang menuntut pendekatan bertahap. “Pendekatan ini menjaga stabilitas wilayah yang sudah menyala, sambil memberikan ruang untuk memulihkan titik lain sesuai kesiapan teknisnya,” katanya.

Dia berharap akses ke wilayah terdampak segera terbuka sepenuhnya sehingga penanganan teknis dapat dipercepat dan sinkronisasi sistem dapat dilakukan lebih luas.

“Tujuannya satu yakni mengembalikan keandalan listrik Aceh secepat dan setepat mungkin tanpa mengorbankan keandalan ke depannya,” ujar dia.

Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan sistem kelistrikan Aceh baru pulih 36 persen per 11 Desember 2025.

Pemerintah bersama PT PLN (Persero) pun terus mengupayakan perbaikan pasca terjadinya bencana longsor dan banjir pada akhir November 2025 lalu.

Ketua Tim ESDM Siaga Bencana Rudy Sufahriadi mengatakan, Aceh masih memerlukan perhatian khusus sebab perbaikannya menghadapi tantangan akses jalan yang terputus. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan perbaikan akses jalan.

"Aceh merupakan wilayah terdampak yang masih memerlukan perhatian," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (12/12/2025).

(Dhera Arizona)

SHARE