Masjid Cut Meutia, Eks Kantor Belanda yang Jadi Salah Satu Tempat Salat Ied di Jakarta
Eks kantor milik pemerintah Hindia Belanda yang kini beralih fungsi menjadi Masjid Cut Meutia dipakai masyarakat untuk melaksanakan salat Idul Fitri.
IDXChannel - Eks kantor milik pemerintah Hindia Belanda yang kini beralih fungsi menjadi Masjid Cut Meutia, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, dipakai masyarakat untuk melaksanakan salat Idul Fitri.
Pantauan MNC Portal Indonesia di lokasi sekitar pukul 06.20 WIB, para jamaah mulai berdatangan. Mereka datang membawa perlengkapan salatnya sendiri.
Terlihat beberapa petugas polisi dan TNI berjaga di lokasi sekitaran masjid. Ada juga petugas kebersihan dengan menggunakan seragam oranye sedang menyapu area masjid.
Untuk diketahui, para jamaah melaksanakan salat Idul Fitri di depan halaman masjid. Meski bangunan ini memiliki dua lantai.
"Ya memang selalu di luar setiap tahunnya," ucap salah satu petugas Masjid Cut Meutia Iwan kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (22/4/2023).
Namun, di waktu subuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isya, para jamaah bisa menggunakan dua lantai masjid itu untuk melaksanakan salat wajib.
"Tadi subuh juga di dalem," katanya.
Saat ini lantunan takbir masih dikumandangkan bilal masjid yang diikuti oleh para jamaah yang telah hadir. Salat Idul Fitri sendiri akan dilaksanakan pukul 07.00 WIB.
Sebagai informasi, melansir dari situs resmi Masjid Cut Meutia, bangunan dengan atap kubah kuno dan jendela-jendela besar itu dulunya berfungsi sebagai kantor biro arsitektur dan pengembang yakni N.V. De Bauploeg.
Gedung tersebut selesai dibangun pada tahun 1912 dan dari waktu ke waktu fungsinya beberapa kali berubah.
Berawal dari kantor biro, kemudian dilanjutkan lagi sebagai kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda, hingga kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang.
Lepas dari zaman penjajahan Belanda maupun Jepang, gedung Masjid Cut Meutia sempat dipakai untuk kantor Wali Kota Jakarta Pusat, kantor Dinas Perumahan, perusahaan daerah air minum, dan kantor pos.
Selain itu, pernah pula ditempati Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pimpinan Jenderal AH Nasution.
MPRS kemudian berpindah tempat ke Senayan. Sejak saat itu, gedung di kawasan Menteng ini tak lagi dipergunakan untuk keperluan kantor manapun dan justru AH Nasution menyarankan agar dijadikan masjid saja.
Pasalnya, daerah sekitar Kebon Sirih, Menteng belum banyak terdapat masjid. Tapi, niatan baik itu tak langsung terlaksana, melainkan AH Nasution membentuk remaja masjid Cut Meutia terlebih dahulu pada tahun 1984.
Tujuannya tentu saja mengurus keperluan masjid hingga membuat masjid lebih makmur. Sampai pada akhirnya, di tahun 1987, bangunan khas era Belanda itu resmi beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Cut Meutia, pahlawan nasional perempuan asal Aceh.
Penetapan Masjid Cut Meutia ini sudah ditetapkan secara resmi melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 5184/1987 tertanggal 18 Agustus 1987, yang saat itu Gubernur DKI Jakarta dijabat oleh R Soeprapto sebagai Gubernur ke-9 yang menjabat sejak 1982-1987.
Hingga sekarang, Masjid Cut Meutia masih jadi satu dari sederet masjid favorit di Jakarta karena bentuk bangunan ala Eropa yang mempesona sehingga lain dari masjid pada umumnya.
(YNA)