News

Menag Minta Kepala Daerah Jaga Kerukunan Umat Beragama

Binti Mufarida 27/02/2025 08:54 WIB

Menag Nasaruddin Umar mengajak seluruh Kepala Daerah untuk bersama menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.

Menag Nasaruddin Umar mengajak seluruh Kepala Daerah untuk bersama menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.

IDXChannel - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak seluruh Kepala Daerah untuk bersama menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.

Hal ini menjadi salah satu kekuatan Indonesia di mata dunia di tengah kemajemukannya.

"Indonesia ini saya sudah meneliti, tidak ada negara yang paling plural seplural Indonesia. Ada 17 ribu pulau, 1.300 suku, 718 bahasa lokal, tidak ada negara yang paling plural seplural Indonesia," kata Menag saat memberikan materi di Lembah Tidar Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, dikutip Kamis (27/2/2025).

"Kita bisa mengatakan, kontributor tertinggi terhadap kedamaian Indonesia itu adalah kerukunan umat beragama," kata dia 

Menag menceritakan, bahwa Indonesia sudah empat kali diprediksi akan bubar seperti Uni Soviet dan Balkan. Tapi tahun-tahun yang dimaksudkan terlewat tanpa adanya konflik. Dan temuan mereka yang memprediksi tersebut menjelaskan bahwa kekuatan kerukunan antarumat beragama lah yang menjadi kunci Indonesia bisa tetap eksis hingga saat ini.

“Jadi kalau umat beragama itu rukun Bapak Ibu sekalian, tidak ada kekuatan manapun yang bisa mengacak-acak Indonesia ini,” kata Menag.

Menag pun menjelaskan pentingnya peran Kementerian Agama dalam mewujudkan kerukunan di setiap daerah. Karena itu, dia meminta seluruh kepala daerah, untuk bersinergi dalam mewujudkan hal tersebut.

"Bapak-Ibu sekalian juga nanti sebagai pemimpin lokal, jangan sampai nanti tidak mau membantu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Kepentingan-kepentingan institusi keagamaan di daerah itu sangat penting loh Bapak," katanya.

Menurut Menag, jika kerukunan umat beragama tidak terjaga, kekuatan ekonomi pun sudah tak berarti. Nilai ekspor yang tinggi, kurva-kurva ekonomi yang terus meningkat, tidak akan berarti jika negara berada dalam kondisi kacau dan berada di tengah-tengah kerusuhan.

Menag meminta pemerintah daerah juga harus memberikan perhatian khusus terhadap fenomena konflik yang berbasis keagamaan.

"Jangan terlambat Bapak Ibu, Kalau terlambat sedikit, itu dahsyat (akibatnya), kita pernah punya pengalaman di Poso, di Kalimantan dan beberapa tempat. Makanya itu kita harus turun ke lapangan untuk mendeteksinya sejak dini," katanya.

"Makanya jangan coba-coba ada yang memperatasnamakan agama untuk kepentingan lokal, kepentingan jangka pendek. Sebab dahsyat agama itu seperti nuklir. Nuklir itu bisa menjadi sumber energi yang paling murah tapi bisa menjadi senjata yang paling mematikan," katanya.

“Jadi kalau kita menekankan aspek sentripetalnya agama, agama itu akan menjadi faktor pemicu yang amat dahsyat untuk meraih pembangunan itu. Tapi kalau agama tampil sebagai sentripetal faktor pemecah belah, itu dahsyat akibatnya," katanya.

(Nur Ichsan Yuniarto)

SHARE