Mendag Korsel Bakal Temui Pejabat AS Bahas Perpanjangan Penangguhan Tarif Impor
Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo akan meminta perpanjangan penangguhan tarif impor dari Amerika Serikat (AS).
IDXChannel- Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo akan meminta perpanjangan penangguhan tarif impor dari Amerika Serikat (AS). Yeo dijadwalkan bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan pejabat senior lainnya akhir pekan ini untuk membahas hal tersebut.
Dilansir Channel News Asia, Jumat (4/7/2025), pertemuan ini digelar di tengah kekhawatiran bahwa tarif AS terhadap mitra dagangnya bisa meningkat tajam jika kesepakatan tak tercapai dalam waktu dekat.
Yeo menekankan substansi kesepakatan lebih penting daripada tenggat waktu. Dia akan meminta ruang tambahan untuk mempercepat perundingan yang saling menguntungkan, termasuk terkait penghapusan tarif 10 persen yang masih berlaku terhadap Korea Selatan.
Sebelumnya, Korea Selatan telah mengajukan pengecualian atas tarif tinggi yang dikenakan terhadap baja dan mobil, serta tarif resiprokal sebesar 25 persen yang masih dalam tahap pembahasan. Namun, negosiasi berjalan lambat akibat ketidakpastian politik domestik, termasuk setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung pada 3 Juni lalu.
Yeo menjelaskan AS menuntut akses pasar yang lebih luas di sektor pertanian dan otomotif, serta perlakuan non-diskriminatif dalam ekonomi digital. AS juga mendorong agar perusahaan Korea Selatan meningkatkan investasi di Amerika dan memperbesar pembelian energi dari Negeri Paman Sam.
Salah satu proyek energi yang dibahas adalah investasi LNG senilai US$44 miliar di Alaska. Namun, menurut Yeo, kelayakan proyek tersebut masih dipertanyakan dan informasi lengkap dari pihak AS baru akan tersedia pada akhir tahun.
Dalam rapat parlemen, sejumlah anggota dewan dari koalisi pemerintah maupun oposisi mendesak agar pemerintah tidak gegabah dalam mengambil keputusan investasi, terutama terkait proyek-proyek energi strategis seperti di Alaska yang dinilai masih abu-abu dari sisi manfaat dan risiko ekonomi.
(Ibnu Hariyanto)