Menlu Tegaskan Bahwa RI Tidak Berpihak pada Blok Militer Manapun
Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menegaskan bahwa Indonesia tidak bergabung di blok militer manapun.
IDXChannel - Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menegaskan bahwa Indonesia tidak bergabung di blok militer manapun. Hal ini disampaikan Menlu di dalam rapat Kerja (Raker) bersama Komisi I DPR, di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/12/2024).
"Dalam arti kita tidak bergantung pada Blok ataupun pakta Militer manapun. Namun kita aktif juga menjalin kerja sama dan kolaborasi yang merupakan tema utama dari hubungan luar negeri kita dengan negara-negara tetangga baik regional maupun global," ujarnya.
Menlu Sugiono mengatakan, Indonesia ingin menunjukkan posisi sebagai bangsa yang ingin baik dengan semua tetangga dan negara-negara di sekitar. Indonesia ingin menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
"Tentu saja (memihak salah satu blok) secara konstitusi dan secara tradisi tidak cocok dengan kepentingan nasional kita. Kita ingin bersahabat baik dan bertetangga baik dengan semua negara," katanya.
Ia pun menjelaskan bahwa kondisi global saat ini tidak menentu, akibat semakin menajamnya rivalitas geopolitik.
"kemudian konflik yang masih juga belum selesai dan belum ada tanda-tanda ujungnya berakhir. Baik di Ukranine dan di Timur tengah atau di Gaza, Palestina," terangnya.
Kemudian, kata dia, kondisi itu diperparah lagi dengan situasi perubahan iklim, krisis Pangan, krisis energi dan krisis akses terhadap air bersih.
"Di mana, situasi geopolitik yang demikian kompleks dan unpredictable ini, menyebabkan terjadinya distrupsi rantai pasok global dan juga semakin meningkatnya treat barrier antara negara-negara di dunia," ujarnya.
Tak hanya itu, Menlu juga mengungkap situasi di Indo-Pacific yang juga mengalami eskalasi, yang bisa saja meningkat sewaktu-waktu. Terlebih lagi dengan perkembangan beberapa waktu belakangan ini. Di mana ancaman konflik terbuka akan menjadi semakin nyata.
"Dan saya kira, perkembangan dan dinamika global tersebut membutuhkan sebuah pendekatan yang lebih efektif," tuturnya.
(Ferdi Rantung)