News

Meta dan Amazon Hapus Program Keberagaman Jelang Pelantikan Donald Trump

Ibnu Hariyanto 11/01/2025 07:31 WIB

Meta dan Amazon menghentikan program-program keberagaman menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Meta dan Amazon menghentikan program-program keberagaman menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (foto: MNC Media)

IDXChannel- Meta dan Amazon menghentikan program-program keberagaman menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini dilakukan karena banyak pertentangan dari konservatif terhadap keberagaman.

Dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (11/1/2025), beberapa bisnis terbesar di Amerika telah mengurangi inisiatif keberagaman.

Meta mengakhiri program keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI), termasuk program perekrutan, pelatihan, dan pemilihan pemasok.

Dalam waktu kurang dua minggu, Meta telah menghapus program pemeriksaan fakta di AS, mengangkat Joel Kaplan dari Partai Republik untuk menjadi kepala urusan global dan CEO Ultimate Fighting Championship (UFC) Dana White yang merupakan teman dekat Trump sebagai anggota dewan direksi.

Kemudian, Amazon melakukan hal yang sama pada Desember 2024. Dalam memo yang disampaikan ke karyawan program keberagaman disebut sebagai materi yang sudah ketinggalan zaman.

Kelompok-kelompok konservatif sebelumnya telah mengecam program-program keberagaman dan mengancam akan menuntut perusahaan tersebut. Hal itu dikuatkan dengan keputusan Mahkamah Agung AS pada 2023 yang membatalkan tindakan afirmatif dalam keputusan penerimaan mahasiswa baru di universitas.

Terbaru, Elon Musk menyalahkan program DEI karena menghambat respons terhadap kebakaran hutan yang mengamuk di Los Angeles, tanpa bukti. Meta juga menyebut kebijakan terkait DEI di AS sedang berubah.

"Lanskap hukum dan kebijakan seputar upaya keberagaman, kesetaraan, dan inklusi di Amerika Serikat sedang berubah," kata Wakil Presiden Sumber Daya Manusia di Meta, Janelle Gale dalam sebuah memo.

"Istilah 'DEI' juga telah menjadi tuduhan, sebagian karena dipahami oleh beberapa orang sebagai praktik yang menunjukkan perlakuan istimewa terhadap beberapa kelompok daripada yang lain," tulisnya.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE