Musim Pancaroba Dimulai, BMKG Ingatkan Potensi Hujan Es Hingga Puting Beliung Maret–Mei
BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada akan adanya potensi hujan es hingga angin puting beliung saat memasuki musim pancaroba pada Maret, April, Mei 2023.
IDXChannel - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk waspada akan adanya potensi hujan es hingga angin puting beliung saat memasuki musim pancaroba atau peralihan musim hujan ke musim kemarau pada Maret, April, Mei 2023 mendatang.
“Kita lihat potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi pada saat pancaroba. Kita lihat, jika pada saat pancaroba pertama dari musim hujan ke musim kemarau nanti, Maret, April, Mei itu terjadi puting beliung, hujan es, kemudian bisa disertai petir,” ungkap Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto dikutip dari kanal Youtube resmi BMKG, Senin (20/2/2023).
Guswanto menjelaskan pancaroba merupakan peralihan antara dua musim yakni musim kemarau ke musim hujan dan musim hujan ke musim kemarau.
“Sedangkan pancaroba sendiri, itu merupakan peralihan antara dua musim seperti musim kemarau menuju musim hujan atau musim penghujan menuju musim kemarau,” jelasnya.
BMKG, kata Guswanto, juga mengingatkan potensi cuaca ekstrem seperti hujan es, angin puting beliung, juga hujan disertai petir pada saat peralihan musim kemarau ke musim hujan pada September, Oktober, dan November mendatang.
"Kemudian kalau kita lihat juga, pada musim pancaroba yang dari kering dari kemarau menuju musim hujan, biasanya kita lihat di September Oktober November yang terjadi puting beliung sama, kemudian ada hujan disertai petir dan hujan es,” kata Guswanto.
Lebih lanjut, Guswanto menjelaskan penyebab potensi cuaca ekstrem yang terjadi pada saat musim pancaroba. Dia mengatakan hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adanya kondisi atmosfer yang tidak stabil.
“Secara umum penyebab kondisi cuaca ekstrem pancaroba di berbagai wilayah Indonesia, yang pertama karena kondisi dinamika atmosfer dimana ketidakstabilan udara menjadi salah satu pemicu cuaca signifikan atau menjadi ekstrim, seperti adanya belokan dan perlambatan angin, kemudian seperti adanya tekanan rendah, siklon. Kemudian termasuk beberapa faktor yang lain seperti Madden Julian Oscillation (MJO),” jelasnya.
Selain itu, kata Guswanto, di wilayah iklim tropis seperti Indonesia perubahan cuaca juga tergantung pada posisi matahari. Mengingat, wilayah tropis memiliki gerak semu matahari sehingga membuat Indonesia punya dua musim. “Kemudian kita kita lihat kondisi atmosfer yang tidak stabil tadi itu disebabkan karena kita lihat cepat singkatnya perubahan cuaca ini juga tergantung dari pada posisi matahari ya,” tambah Guswanto.
(SLF)