PAM Jaya Siapkan Penyambungan Pipa Baru Air Bersih 1.000 Km di 2026
PAM Jaya menargetkan peningkatan signifikan dalam cakupan layanan air bersih pada 2026.
IDXChannel - PAM Jaya menargetkan peningkatan signifikan dalam cakupan layanan air bersih pada 2026. Alhasil, perusahaan akan melakukan percepatan pembangunan jaringan perpipaan demi mencapai kualitas layanan yang lebih optimal bagi masyarakat Jakarta.
Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menyampaikan, saat ini cakupan pelayanan air perpipaan PAM Jaya berada di angka 78,05 persen, dengan jumlah pelanggan mencapai 1.107.253 rumah atau bangunan. Air yang terdistribusi mencapai 22.257 liter per detik, dan panjang jaringan pipa sudah mencapai 12.609 kilometer (km).
"Kinerja 2026 kita terus sedang mencapai layanan kita menjadi lebih baik lagi. Saat ini posisi kita (cakupan layanan) sudah di angka 78 persen. Kemudian di akhir tahun kita bisa mencapai 80 persen di 2025," ujarnya saat dijumpai usai media visit ke IDX Channel di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (3/12/2025).
Menurut Arief, 2026 akan menjadi tahun penting karena PAM Jaya menargetkan pembangunan penyambungan pipa baru sepanjang 1.000 km. Langkah masif ini diharapkan mendorong peningkatan cakupan layanan menjadi hampir 90 persen.
"Di 2026 target kami akan lebih masif lagi karena ada penyambungan 1.000 km sambungan. Dan pelanggan mungkin akan mencapai sekitar hampir 90 persen, sesuai dengan arahan dari Pak Gubernur untuk segera mempercepat proses distribusi air perpipaan kita ke masyarakat," ujar Arief.
PAM Jaya juga menetapkan target jangka panjang pada 2029, yaitu cakupan layanan 100 persen dengan jumlah pelanggan mencapai 2.016.011 rumah atau bangunan. Pada saat itu, kapasitas air terdistribusi ditargetkan meningkat menjadi 32.950 liter per detik dengan panjang jaringan pipa 16.234 km.
Selain memperluas layanan, perusahaan juga mempersiapkan langkah strategis menuju Initial Public Offering (IPO) pada 2027. Saat ini, proses penjajakan sudah berjalan, termasuk perubahan badan hukum dari Perumda menjadi Perseroda.
Arief menegaskan, rencana IPO lahir dari kebutuhan investasi besar yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur air bersih, bukan dorongan faktor lain. Menurutnya, pendanaan dari APBD tidak dapat sepenuhnya mencukupi kebutuhan tersebut.
"Air itu investasinya luar biasa mahal, sehingga kami membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kami juga melihat fiskal juga dari APBD kami pastinya digunakan enggak cuma hanya untuk mempercepat proses ini. Kami diminta oleh Pak Gubernur untuk mencari bisnis model dan creative financing, dan salah satunya mungkin untuk membuat semakin terbuka ide (IPO) itu muncul dari sana," katanya.
(Dhera Arizona)