Pemerintah Thailand Diminta Terus Dukung Sektor Industri Hadapi Risiko Perdagangan Global
Federasi Industri Thailand (FTI) menginginkan lebih banyak dukungan dari pemerintah untuk menghadapi risiko perdagangan global.
IDXChannel- Federasi Industri Thailand (FTI) menginginkan lebih banyak dukungan dari pemerintah untuk menghadapi risiko perdagangan global meski sentimen industri Thailand berada di level tertinggi sepuluh bulan.
Dilansir Channel News Asia, Rabu (19/2/2025), Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra menyerukan agar bank sentral memangkas suku bunga Federasi Industri Thailand.
Sebab, indeks sentimen industri naik ke level tertinggi sepuluh bulan di 91,6 di Januari dibanding Desember di angka 91.1. Peningkatan ini didukung oleh stimulus pemerintah, ekspor, dan pariwisata.
Meski demikian, FTI mengaku ketidakpastian atas kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempengaruhi kepercayaan bisnis. Situasi ini menambah tantangan yang dihadapi industri dari masuknya produk China dan utang rumah tangga yang sangat tinggi.
Untuk itu, FTI meminta pemerintah Thailand tetap aktif bergerak memberi dukungan.
"Pemerintah harus bergerak lebih cepat dalam menerapkan perlindungan," kata wakil ketua FTI, Apichit Prasoprat.
Sementara itu, Paetongtarn Shinawatra investasi pemerintah akan dipercepat untuk menstimulasi aktivitas dan penciptaan lapangan kerjaagar target pertumbuhan 3 persen tahun ini tercapai.
Untuk itu, dia meminta bank sentral harus menurunkan suku bunga untuk membantu masyarakat. Pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan 3,5 persen tahun ini dan bekerja lebih dekat dengan bank sentral.
Sementara itu, Bank Sentral Thailand akan meninjau pengaturan kebijakan pada 26 Februari 2025. Sebelumnya, Bank Sentral mempertahankan suku bunga stabil setelah pemotongan mengejutkan di Oktober.
Bulan lalu, Gubernur Bank Sentral Thailand Sethaput Suthiwartnarueput mengatakan kebijakan suku bunga saat ini tetap sesuai dengan tingginya utang rumah tangga, meskipun pertumbuhan ekonomi meleset dari target pemerintah.
Pertumbuhan Ekonomi 2,5 persen di 2024. Namun pertumbuhan itu paling lambat di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.
(Ibnu Hariyanto)