PM Jepang Tegaskan Bakal Lindungi Kepentingan Nasional di Tengah Ancaman Tarif Baru AS
PM Jepang Shigeru Ishiba berkomitmen melindungi kepentingan nasional di tengah ancaman tarif baru dari Amerika Serikat.
IDXChannel – Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba berkomitmen melindungi kepentingan nasional di tengah ancaman tarif baru dari Amerika Serikat. Ishiba mengaku tak akan membalas tarif baru yang bakal diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).
Dilansir Channel News Asia, Rabu (2/7/2025), Ishiba mengatakan pendekatan Jepang lebih mengutamakan investasi jangka panjang dibandingkan praktik saling balas tarif. Ishiba mengingatkan Jepang adalah investor terbesar di AS yang telah menciptakan jutaan lapangan kerja.
Pernyataan tegas Ishiba disampaikan menyusul ancaman dari Donald Trump yang sebelumnya memberi sinyal menerapkan tarif tambahan terhadap barang Jepang hingga 35 persen.
Trump menuduh Jepang bersikap keras dalam perundingan. Trump juga menyampaikan ketidaksenangannya terhadap penolakan Jepang terhadap beras AS dan defisit perdagangan sektor otomotif.
Tarif tambahan ini dijadwalkan mulai berlaku pada 9 Juli jika tidak tercapai kesepakatan. Ancaman Trump ini menandai eskalasi lebih lanjut dalam hubungan dagang kedua negara.
Sementara itu, tarif 10 persen terhadap mayoritas mitra dagang AS sudah mulai diberlakukan sejak April, dengan Jepang termasuk dalam daftar negara yang ditangguhkan sementara dari tarif tambahan demi memberi ruang diplomasi.
Pemerintah Jepang belum menyerah. Kepala tim negosiasi perdagangan Jepang, Ryosei Akazawa dikabarkan tengah merancang kunjungan kedelapannya ke AS akhir pekan ini dalam upaya terakhir untuk meredam ancaman tarif. Sebelumnya, putaran kelima negosiasi bulan lalu dilaporkan hanya menghasilkan sedikit kemajuan.
Ketegangan dagang ini memperlihatkan tantangan diplomatik yang dihadapi Jepang dalam menyeimbangkan hubungan ekonomi dan politik dengan AS. Di tengah ketidakpastian ini, Jepang harus mempertahankan posisinya sebagai mitra yang konstruktif tanpa mengorbankan sektor-sektor domestik yang strategis seperti pertanian dan otomotif.
Pernyataan Ishiba memperjelas posisi Jepang untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya melalui diplomasi dan investasi, bukan konfrontasi. Namun dengan tenggat waktu 9 Juli yang semakin dekat, semua pihak kini menanti apakah diplomasi menit-menit terakhir Akazawa akan cukup untuk mencegah dimulainya babak baru perang tarif antara dua ekonomi terbesar dunia ini.
(Ibnu Hariyanto)