News

Pramono Targetkan Jakarta Masuk 20 Kota Terbaik Dunia 2045

Muhammad Refi Sandi 07/10/2025 07:47 WIB

Pramono Anung menargetkan Jakarta masuk dalam 50 kota terbaik di dunia pada 2030 dan menjadi bagian dari 20 besar pada 2045.

Pramono Targetkan Jakarta Masuk 20 Kota Terbaik Dunia 2045 (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menargetkan Jakarta masuk dalam 50 kota terbaik di dunia pada 2030 dan menjadi bagian dari 20 besar pada 2045. 

Hal tersebut dia katakan saat menerima kunjungan Centre for Liveable Cities of Singapore di Balai Kota Jakarta, pada Senin (6/10/2025). Ia pun mengapresiasi lembaga tersebut yang menjadikan Jakarta sebagai bagian dari kegiatan 15th Leaders in Urban Governance Programme 2025.

Menurutnya, Jakarta dan Singapura menghadapi tantangan serupa sebagai kota besar yang tumbuh pesat. Tantangan ini menjadi tanggung jawab bersama untuk memastikan Jakarta layak huni, berkelanjutan, dan tangguh serta mewujudkan target 20 besar kota terbaik 2045.

“Kami menargetkan Jakarta masuk dalam 50 kota terbaik di dunia pada 2030, dan menjadi bagian dari 20 besar pada 2045. Ambisi ini tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari aspek keberlanjutan, ketahanan, dan inklusivitas. Kami berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2030, dengan target yang lebih ambisius, yakni 50 persen, serta mewujudkan net zero emission pada 2050,” kata Pramono.

Pramono juga menjelaskan sejumlah target ke depan, di antaranya mengubah seluruh armada bus Transjakarta menjadi bus listrik untuk menekan emisi sektor transportasi, serta mendesain ulang jalan kota agar lebih ramah bagi pejalan kaki dan pesepeda demi mobilitas yang aman dan berkelanjutan.

“Transformasi Jakarta juga meluas ke wilayah sekitarnya. Transjakarta, sistem Bus Rapid Transit (BRT) kebanggaan kota, kini memperluas jangkauannya hingga kawasan Jabodetabek untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah, mengurangi kemacetan, dan mendorong mobilitas perkotaan berkelanjutan lintas batas kota,” katanya.

Selain itu, Pemprov DKI juga membangun fasilitas waste-to-energy guna menekan emisi metana dari tempat pembuangan akhir, melakukan retrofitting bangunan publik agar lebih hemat energi, serta memperluas ruang terbuka hijau. Salah satu contohnya adalah revitalisasi Taman Bendera Pusaka di Jakarta Selatan yang kini terintegrasi langsung dengan jaringan transportasi publik.

“Maka dari itu, Jakarta telah membuka lima taman yang beroperasi selama 24 jam untuk masyarakat, yakni Taman Lapangan Banteng, Taman Menteng, Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu. Upaya ini menjadi langkah nyata dalam memperluas ruang hijau kota,” tuturnya. 

Seiring pertumbuhannya menuju kota global, Jakarta juga menghadapi tantangan iklim yang kompleks, mulai dari ketergantungan energi dan rendahnya pemanfaatan energi terbarukan, hingga ancaman perubahan iklim dan degradasi lingkungan. 

Tantangan ini justru menjadi peluang untuk mengembangkan energi bersih, mendorong elektrifikasi transportasi, serta memperluas penerapan standar bangunan hijau. Langkah-langkah tersebut tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas, menumbuhkan inovasi, sekaligus memperkuat daya saing kota.

“Melihat hal ini, kami telah mencatat sejumlah capaian penting, seperti memperkenalkan bus listrik untuk seluruh armada Transjakarta pada 2030, mendorong pertanian kota, mengolah sampah menjadi energi terbarukan, dan melakukan restorasi mangrove untuk meningkatkan serapan karbon. Melalui inovasi tersebut, diharapkan Jakarta mampu mengubah tantangan iklim menjadi sumber pertumbuhan dan ketahanan kota,” kata dia. 

Sebagai informasi, melalui kolaborasi dengan C40 Cities Finance Facility (CFF), Jakarta telah mengimplementasikan uji coba 100 bus listrik pada 2019, serta menjalankan program Hospitals Improvement for Green and Just Recovery pada 2025. Program ini mencakup pemasangan panel surya di atap dan peningkatan efisiensi energi pada 28 rumah sakit milik pemerintah kota, dengan tujuan menekan emisi karbon dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Jakarta juga menjadi bagian dari program Clean Air Catalyst yang dipimpin oleh United States Agency for International Development (USAID) dan World Resources Institute (WRI). Program ini berfokus pada pemantauan kualitas udara, penelitian dampak polusi terhadap kelompok rentan, serta peningkatan kesadaran publik mengenai sumber polusi udara.

Selain itu, Jakarta turut berpartisipasi dalam program Climate Action Implementation (CAI) yang diinisiasi oleh C40 untuk mempercepat aksi mitigasi perubahan iklim dan transisi menuju energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE