News

RI Bakal Bangun Pabrik Telur Nyamuk ber-Wolbachia, Akan Produksi 40 Juta Telur per Minggu

Wiwie Heryani 18/01/2024 11:53 WIB

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkapkan bahwa kapasitas produksi telur ber-wolbachia di Indonesia saat ini masih cukup terbatas.

RI Bakal Bangun Pabrik Telur Nyamuk ber-Wolbachia, Akan Produksi 40 Juta Telur per Minggu. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkapkan bahwa kapasitas produksi telur ber-wolbachia di Indonesia saat ini masih cukup terbatas.

Karena itu, Kemenkes mulai merencanakan pembangunan pabrik telur nyamuk ber-wolbachia. 

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menyebut bahwa hal ini merupakan salah satu inovasi untuk memberantas demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.

Setidaknya, terdapat lima kota yang akan menjadi lokasi pilot project nyamuk ber-wolbachia, dimana ada total sekitar produksi 40 juta telur yang dibutuhkan per minggu.

"Jadi sekarang ini yang sudah punya kapasitas produksi untuk wolbachia itu ada di lab UGM, Yogyakarta sekitar mungkin 8 juta telur per minggu,” ujar Maxi, saat diwawancara di Hotel Manhattan, Jakarta Selatan, baru-baru ini. 

“Kemudian di labkesmas Salatiga Jawa Tengah juga sekitar juga 7-8 juta telur per minggu," lanjutnya. 

Kemenkes RI memastikan bahwa inovasi wolbachia untuk menekan angka kasus DBD ini sudah terbukti ampuh secara penelitian. 

Bahkan, tercatat dalam penelitian yang dilakukan di Yogyakarta, inovasi ini bisa menurunkan kapasitas perawatan inap hingga sekitar 60 persen.

Seperti diketahui, lokasi pilot project untuk nyamuk ber-wolbachia di Indonesia saat ini dilakukan di Jakarta Barat, Bandung, Bontang Semarang, dan Kupang.

Karena itu Maxi menegaskan bahwa untuk menjadikan inovasi nyamuk ber-wolbachia ini menjadi program secara nasional, diperlukan proses yang bertahap. 

"Kalau misalnya kita punya kapasitas yang besar, kita bisa bertahap untuk memperluas cakupan kita untuk nyamuk ber-wolbachia. Jadi ini lagi proses untuk pembuatan pabrik untuk telur nyamuk," tutur Maxi.

"Sekarang itu di laboratorium UGM masih manual, bagaimana itu proses melakukan perkawinan sehingga telur-telur itu sudah ber-wolbachia," imbuhnya.

Sebagai informasi, wolbachia adalah bakteri alami yang ada di dalam tubuh beberapa serangga seperti lalat buah, kupu-kupu, ngengat.

Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel serangga karena tidak memiliki mekanisme untuk mereplikasi dirinya sendiri tanpa bantuan serangga sebagai inangnya.

Selain tidak dapat bertahan hidup di lingkungan luar sel inang, wolbachia tidak dapat berpindah ke serangga lain atau manusia, dan wolbachia bukan merupakan rekayasa genetika oleh para ilmuwan.

Bakteri wolbachia menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti. Artinya, kemampuan nyamuk dengan wolbachia dalam menularkan virus ke manusia akan berkurang.

Ketika nyamuk aedes aegypti dengan wolbachia berkembang biak di populasi nyamuk, maka kasus dengue akan menurun. 

Penelitian teknologi nyamuk ber-wolbachia ini sendiri sudah lama dilakukan. Dalam penelitiannya, peneliti menjalankan semua tahapan dan tidak memangkas (bypass) prosesnya.

Hasil studi Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) tahun 2017-2020 menunjukkan setelah nyamuk ber-wolbachia dilepaskan, kasus dengue menurun hingga 77%.

(SLF)

SHARE