RI Dilanda KLB Campak, Penularan Empat Kali Lebih Cepat dari Covid-19
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta masyarakat waspada, pasalnya saat ini 31 provinsi di Indonesia berstatus kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak.
IDXChannel - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta masyarakat waspada, pasalnya saat ini 31 provinsi di Indonesia berstatus kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) bahwa campak terjadi karena penularannya jauh lebih cepat, dibandingkan Covid-19. Tentu ini perlu menjadi perhatian setiap orang tua dan untuk bisa memenuhi gizi dan segera melakukan imunisasi campak.
"Penyakit yang jauh lebih menular daripada Covid-19, penularan itu cuma 3 skalanya untuk Covid-19. Sementara campak itu bisa sampai 10 sampai 12 skalanya, jadi penularannya bisa sampai 4 kali lipat daripada Covid-19. Maka imunisasi campak harus di atas 90%, kalau di bawah klb-nya sudah pada mulai muncul dan itu terjadi ya," ungkap Dr Piprim dalam Keterangan Pers Hari Gizi Nasional secara online, Jumat (20/1/2023)
Sehubungan dengan itu, ia mengingatkan bahwa dampak terberat dari Campak bisa menimbulkan berbagai komplikasi pada kesehatan anak. Mulai dari gangguan otak hingga pneumonia, harus disadari oleh orang tua.
Kejadian KLB pun, menurutnya sudah diprediksi saat Covid-19 datang. Sebab dampak pasca pandemi membuat capaian imunisasi di Indonesia turun drastis, hal ini pun terjadi.
"Pasca covid ini memang imunisasi ini turun drastis sehingga ini tidak pulih dan KLB campak di 31 provinsi di Indonesia. Itu sudah bisa kami prediksikan sebetulnya. IDAI di akhir 2021 sudah wanti-wanti bahwa pandemi cakupan imunisasi itu menurun drastis dan campak itu penyakit yang jauh lebih menular daripada daripada Covid-19," jelas Dr Piprim.
Sekadar informasi, sebelumnya dr. Siti Nadia Tarmizi Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa ada 3.341 kasus campak, berdasarkan data di tahun 2022.
"Kasus 3.341 di laporkan di 223 kab kota dari 31 provinsi, maaf ini ada update jadi sudah 31 provinsi yang melaporkan," jelas dr Nadia dalam keterangannya diterima MNC Portal, Kamis (19/1/2023). (RRD)