News

Ribut Soal Taiwan, China Ancam Bekukan Hubungan Ekonomi dengan Jepang

Wahyu Dwi Anggoro 17/11/2025 17:05 WIB

China meningkatkan konfrontasinya dengan Jepang terkait komentar Perdana Menteri Sanae Takaichi tentang Taiwan.

Ribut Soal Taiwan, China Ancam Bekukan Hubungan Ekonomi dengan Jepang. (Foto: Xinhua)

IDXChannel - China meningkatkan konfrontasinya dengan Jepang terkait komentar Perdana Menteri Sanae Takaichi tentang Taiwan. 

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (17/11/2025), Beijing mengancam akan mengambil tindakan balasan besar-besaran setelah sebelumnya mengimbau warga China untuk menghindari perjalanan ke Jepang.

Yuyuantantian, akun media sosial yang terafiliasi dengan pemerintah China dan sering digunakan untuk memberi sinyal kebijakan resmi, mengunggah sebuah peringatan ke Jepang.

"(China) telah melakukan persiapan penuh untuk pembalasan substantif,"  katanya.

Unggahan tersebut mengisyaratkan penerapan sanksi, penangguhan hubungan ekonomi, diplomatik, dan militer, serta pembatasan perdagangan sebagai bentuk pembalasan potensial.

Krisis diplomatik antara China dan Jepang meletus akibat komentar Takaichi awal bulan ini. Dia mengisyaratkan konflik bersenjata di Taiwan dapat dianggap sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang, sebuah klasifikasi yang dapat memberikan justifikasi hukum bagi keterlibatan Jepang.

Jepang memiliki kontitusi yang pasifis. Militer hanya bisa dikerahkan dalam kondisi tertentu.

China sangat sensitif terhadap pernyataan seputar Taiwan. Beijing menganggap pulau tersebut sebagai provinsi yang membelot, dan siap mencaploknya di masa depan.

Jepang akan mengirimkan seorang diplomat senior ke China pekan ini dalam upaya meredakan ketegangan. Pertemuan G20 akhir pekan ini di Afrika Selatan dapat menjadi tempat bagi Takaichi untuk bertemu dengan Perdana Menteri China Li Qiang dan memperbaiki hubungan.

Namun, Beijing mengatakan mereka tidak berencana untuk bertemu.

Takaichi sejauh ini membela pernyataannya tentang Taiwan. Ketegangan dengan china merupakan tantangan besar pertama bagi Takaichi dalam kebijakan luar negeri sejak ia menjabat sebagai perdana menteri bulan lalu. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE