Terjadi Sejak 1971, Ini Catatan Gempa Merusak di Jayapura
Sejarah gempa merusak di Jayapura, Papua sudah terjadi sejak 1971 dengan kekuatan magnitudo 7,3.
IDXChannel - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, sejarah gempa merusak di Jayapura, Papua sudah terjadi sejak 1971 dengan kekuatan magnitudo 7,3.
Dari data yang dibagikan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono tercatat gempa merusak di Jayapura terjadi pada 10 Januari 1971 Magnitudo 7,3 (VI-VII MMI di Jayapura) yang menyebabkan kerusakan sejumlah bangunan retak di Jayapura.
Kemudian, pada 23 Juli 1979 M5,3 (IV MMI di Sentani). Selanjutnya, pada 19 Desember 1995 M6,5 (IV MMI di Jayapura), gempa ini berdampak pada 2 orang meninggal dunia akibat longsor di Wamena.
Dan gempa di Jayapura yang terjadi pada 28 Oktober 2017 M4,7 (IV MMI di Jayapura) yang berdampak bagunan rusak (plafon gedung bioskop XXI ambruk, plafon Gedung Lantamal X).
Sementara itu, pagi tadi juga terjadi gempa merusak di Jayapura pada pukul 03.24 WIT dengan kekuatan M4,9. Bahkan, hingga pukul 15.00 WIT sudah terjadi 68 kali gempa susulan. Kekuatan gempa susulan tersebut bervariatif, mulai dari Magnitudo (M)1,6 hingga 4,9.
“Sampai jam 15 WIT, total gempa 68, terasa enam kali. Magnitudo terbesar 4.9, terkecil yang terasa 3.1 dan terkecil M 1.6,” kata Daryono dalam keterangannya, Senin (2/1/2023).
Daryono mengatakan BMKG mendapat laporan bahwa gempa tersebut merusak sejumlah bangunan di Jayapura, di antaranya, rumah, hotel hingga rumah sakit. “Guncangan gempa bumi ini dilaporkan dirasakan di Kota dan Kabupaten Jayapura IV-V MMI hingga menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa rumah warga,” katanya.
Berdasarkan hasil analisis dan kajian cepat BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 2.53 LS dan 140.74 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 14 kilometer arah Timur Laut Kota Jayapura, Papua. Adapun, kedalaman gempa berada cukup dangkal yakni, 10 km.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposentrumnya, tampak bahwa gempa bumi berkedalaman dangkal diduga diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif yang melintasi Jayapura,” tandas Daryono.
(DES)