News

Terkait Penyebab Gangguan Ginjal Akut, Kemenkes Lakukan Investigasi Mendalam 

Muhammad Sukardi 19/10/2022 12:18 WIB

Investigasi pencarian penyebab gangguan ginjal akut masih berlangsung hingga sekarang.

Terkait Penyebab Gangguan Ginjal Akut, Kemenkes Lakukan Investigasi Mendalam 

IDXChannel - Investigasi pencarian penyebab gangguan ginjal akut masih berlangsung hingga sekarang. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya mencari tahu apa penyebab utama penyakit yang telah menyerang 192 anak se-Indonesia.

Tidak bekerja sendiri, Kemenkes menggandeng para ahli epidemiologi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) untuk memaksimalkan investigasi.

Beberapa kecurigaan penyebab gangguan ginjal akut sempat mencuat, seperti misalnya dampak Covid-19, penggunaan obat paracetamol sirup, maupun infeksi lainnya. Namun, belum ada bukti konkrit terkait penyebab utama masalah ini.

Dugaan terkait Covid-19 pun telah dibantah Kemenkes. "Sampai saat ini, kejadian gangguan ginjal akut tidak ada kaitannya dengan Covid-19, baik itu vaksinasi maupun infeksi," kata Mohammad Syahril, Juru Bicara Kemenkes, Selasa (18/10/2022).

Lalu, dugaan paracetamol sirup pun belum bisa dikatakan sebagai penyebab utama. Seperti yang dijelaskan Ketua IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), bahwa ada kakak-adik di Yogyakarta, yang mana si kakak minum paracetamol cair dia tidak apa-apa, sedangkan adiknya yang gak minum obat apapun, dia kena gangguan ginjal akut dan meninggal dunia.

"Jadi, kami bisa katakan bahwa hingga sekarang belum ada penyebab pasti gangguan ginjal akut. Kami masih telusuri penyebabnya," kata dr Piprim dalam siaran virtual.

Pemeriksaan laboratorium secara komprehensif pun tengah dilakukan untuk mencari tahu penyebab masalah ini. Itu dilakukan karena ada dugaan juga bahwa penyakit misterius tersebut disebabkan oleh infeksi lain.

Kemenkes sendiri bersama tim tengah melakukan penyelidikan epidemiologi kepada masyarakat. Tim investigasi tersebut akan menanyakan berbagai jenis obat-obatan yang dikonsumsi maupun penyakit yang pernah diderita 10 hari sebelum masuk rumah sakit.

"Harapannya bisa segera kami dapatkan sebagai informasi untuk penanganan selanjutnya," kata Syahril.

Sembari menunggu hasil investigasi lanjutan, Syahril mengatakan telah meminta fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap merebaknya penyakit gangguan ginjal akut pada anak ini dengan aktif melaporkan setiap kasus yang mengarah pada masalah ini.

Lebih lanjut, sebagai bentuk kewaspadaan dini, Kemenkes meminta masyarakat terutama orangtua yang memiliki anak usia 0-18 tahun untuk aktif melakukan pemantauan umum dan gejala yang mengarah kepada gangguan ginjal akut seperti penurunan volume urin yang dikeluarkan, demam selama 14 hari, gejala ISPA, dan gejala infeksi saluran cerna.

"Gangguan ginjal akut pada anak ini memiliki gejala yang khas yakni penurunan volume urin secara tiba-tiba. Bila anak mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut," imbau Syahril.

Selanjutnya, belajar dari kasus yang terjadi di Gambia, Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan obat dengan baik dan benar sesuai dengan resep dokter maupun informasi yang tertera di kemasan obat.

Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa masyarakat lakukan untuk memastikan konsumsi obat dengan benar dan aman bagi tubuh:

1. Gunakan obat sesuai aturan pakai

2. Jangan konsumsi obat melebihi dosis yang ditentukan

3. Baca peringatan dalam kemasan obat

4. Pastikan obat tidak kadaluarsa

5. Jangan konsumsi sisa obat sirup yang sudah terbuka dan disimpan lama

6. Hindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu untuk mencegah terjadinya resistensi

7. Laporkan efek samping obat yang Anda rasakan kepada tenaga kesehatan terdekat atau melalui aplikasi layanan BPOM Mobile

8. Dapatkan obat dari sarana pelayanan kefarmasian yang resmi atau berizin.

(NDA) 

SHARE