News

Trump Kembali Tunda Larangan TikTok hingga Desember 2025

Wahyu Dwi Anggoro 17/09/2025 11:38 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperpanjang penundaan pemberlakuan larangan terhadap TikTok hingga 16 Desember 2025.

Trump Kembali Tunda Larangan TikTok hingga Desember 2025. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperpanjang penundaan pemberlakuan larangan terhadap TikTok hingga 16 Desember 2025.

Dilansir dari AFP pada Selasa (17/9/2025), ini merupakan penundaan yang keempat sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada awal 2025.

Penundaan tersebut diumumkan tak lama setelah Trump mengumumkan kerangka kesepakatan antara AS dan China terkait TikTok. Trump akan membahas kerangka kesepakatan itu dengan Presiden China Xi Jinping akhir pekan ini.

Undang-undang larangan TikTok disahkan pada akhir 2024. Kebijakan ini mewajibkan operasi TikTok di Negeri Paman Sam tersebut dijual ke investor AS atau menghadapi pelarangan.

TikTok saat ini dimiliki oleh ByteDance asal China. Washington menuduh ByteDance dikendalikan oleh Beijing.

Namun, Trump mengaku enggan untuk melarang operasi TikTok di AS. Dia menunda kebijakan tersebut sembari mendorong kesepakatan dengan China.

"Kami telah mencapai kesepakatan tentang TikTok; saya telah mencapai kesepakatan dengan China. Saya akan berbicara dengan Presiden Xi (Jinping) pada Jumat untuk mengonfirmasi semuanya," kata Trump kepada para wartawan saat meninggalkan Gedung Putih untuk kunjungan kenegaraan ke Inggris.

"Kami memiliki sekelompok perusahaan yang sangat besar yang ingin membelinya," kata Trump.


Menurut Wall Street Journal, berdasarkan kesepakatan baru ini, bisnis TikTok di AS akan dikendalikan oleh konsorsium investor yang mencakup raksasa cloud Oracle dan perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz, dengan ByteDance hanya memiliki kurang dari 20 persen saham bisnis di AS.

Investor AS yang sudah ada di ByteDance, termasuk Susquehanna International, KKR, dan General Atlantic, akan menjadi bagian dari grup yang memiliki sekitar 80 persen saham perusahaan baru tersebut.

Salah satu pertanyaan terbesar adalah nasib algoritma canggih TikTok yang membantu aplikasi tersebut menjadi salah satu sumber hiburan daring terpopuler di dunia.

Kesepakatan awal dinegosiasikan selama dua hari di Madrid antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE