Turki di Ambang Krisis Ekonomi usai Erdogan Tahan Pemimpin Oposisi
Penangkapan lawan politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan memicu gejolak keuangan di Turki.
IDXChannel - Penangkapan lawan politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan memicu gejolak keuangan di Turki.
Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu ditangkap aparat pada 19 Maret atas tuduhan korupsi dan teror. Penahanannya memicu demonstrasi besar-besaran di seantero negeri.
Usai penangkan Imamoglu, bursa saham dan mata uang lira anjlok. Para ekonom memperingatkan gejolak politik dapat mendorong laju inflasi Turki.
"Erdogan memulai kebakaran ekonomi baru dan menjungkirbalikkan pasar," kata Ekonom Mustafa Sonmez, dilansir dari AFP pada Selasa (25/3/2025).
Indeks saham BIST Turki jatuh 8,7 persen pada hari penangkapan Imamoglu dan 7,8 persen dua hari kemudian. Indeks tersebut turun lebih dari 16 persen dalam seminggu, penurunan tertajam sejak krisis finansial global di 2008.
BIST Turki pulih hampir tiga persen pada Senin, tetapi masih turun lebih dari 14 persen dalam seminggu secara keseluruhan.
Sementara itu, nilai tukar lira anjlok menjadi 38 per dolar pada Senin, mendekati level terendah historisnya. Pemerintah Turki menghabiskan lebih dari USD20 miliar untuk melindungi mata uangnya.
"Bank sentral dan pemerintah berupaya menenangkan pasar dan membatasi volatilitas," kata Penasihat Portofolio East Capital Emre Akcakmak.
"Sangat sulit untuk menarik investor asing strategis jangka panjang ke Turki dalam lingkungan seperti ini, di mana bahkan penduduk setempat tidak memiliki pemahaman penuh tentang apa yang sedang terjadi," katanya.
Penurunan lira menimbulkan kekhawatiran bahwa Turki akan kembali mengalami lonjakan inflasi. Tingkat inflasi mencapai 85 persen pada akhir 2022.
Inflasi berhasil ditekan ke bawah 40 persen bulan lalu untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Otoritas berambisi menurunkannya ke bawah 24 persen pada akhir tahun ini.
"Pada saat-saat seperti ini, mereka yang memiliki uang akan beralih ke mata uang asing, emas, dan real estat sebagai tempat berlindung, dan itu memicu inflasi," kata Sonmez. (Wahyu Dwi Anggoro)