Usut Tragedi Jeju Air, Polisi Korsel Geledah Kantor Maskapai dan Bandara
Polisi Korea Selatan (Korsel) menggeledah kantor Bandara Internasional Muan dan Jeju Air pada Kamis (2/1/2024).
IDXChannel - Polisi Korea Selatan (Korsel) menggeledah kantor Bandara Internasional Muan dan Jeju Air pada Kamis (2/1/2024). Mereka mengusut kecelakaan penerbangan Jeju Air 2216 akhir pekan lalu yang menewaskan 179 orang.
Penerbangan Jeju Air 2216 membawa 181 orang dari Thailand ke Korsel pada Minggu. Pesawat mendarat darurat sebelum menabrak pembatas dan terbakar.
"Sehubungan dengan kecelakaan pesawat yang terjadi pada 29 Desember, operasi pencarian dan penyitaan sedang dilakukan mulai pukul 9 pagi pada 2 Januari," kata Kepolisian Korsel dalam pernyataannya, dilansir dari AFP.
"Polisi berencana untuk segera menentukan penyebab dan siapa yang tanggung jawab atas kecelakaan ini sesuai dengan hukum," kata pihak berwenang.
Setelah kecelakaan itu, Seoul mengumumkan bahwa semua pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan di Korsel akan menjalani pemeriksaan khusus, dengan fokus pada roda pendaratan yang tidak berfungsi saat kecelakaan penerbangan Jeju Air.
Penjabat presiden Korsel, Choi Sang-mok, mengatakan pada hari Kamis bahwa "tindakan segera" harus diambil jika penyelidikan itu mengungkap adanya masalah dengan model pesawat tersebut. Pihak berwenang sebelumnya mengatakan bahwa
Secara keseluruhan, ada 101 pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan enam maskapai penerbangan yang berbeda.
"Karena ada kekhawatiran besar masyarakat tentang model pesawat yang sama yang terlibat dalam kecelakaan itu, kementerian transportasi dan lembaga terkait harus melakukan pemeriksaan menyeluruh," kata presiden sementara Korsel Choi Sang-Mok.
"Jika ada masalah yang ditemukan selama pemeriksaan, harap segera ambil tindakan korektif," kecelakaan.
Tragedi Jeju Air adalah bencana penerbangan terburuk yang pernah terjadi di Korsel.
Pihak berwenang Korsel telah menyelesaikan ekstraksi data perekam suara kokpit, tetapi perekam data penerbangan rusak dan harus dikirim ke Amerika Serikat (AS) untuk dianalisis. Boeing menyatakan siap mendukung penyelidikan. (Wahyu Dwi Anggoro)