SYARIAH

Cerita Pengusaha Travel Berangkatkan Jamaah Umrah Saat Omicron Melonjak

Widya Michella 26/01/2022 10:10 WIB

Pemilik penyelenggara umrah, PT Firdaus Mulia Abadi Tour, Tri Winarto menceritakan pengalamannya di masa pandemi pada 12 Januari 2022 lalu. 

Cerita Pengusaha Travel Berangkatkan Jamaah Umrah Saat Omicron Melonjak (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Pelaksanaan kegiatan umrah ke Tanah Suci, Arab Saudi, di kala pandemi covid-19 dan kasus Omicron yang sedang meningkat tidaklah. Pemilik penyelenggara umrah, PT Firdaus Mulia Abadi Tour, Tri Winarto menceritakan pengalamannya di masa pandemi pada 12 Januari 2022 lalu. 

"Kami terbang perdana menggunakan Garuda tanggal 12 Januari 2022 dari Jakarta- Jeddah paket 12 hari. Saya bawa jemaah kurang lebih 40 orang,"kata Tri saat dihubungi, Selasa,(25/1/2022).

Ia bersama rombongan nya sejak awal memang menggunakan sistem umrah satu pintu atau one gate policy (OGP) dimana melakukan skrining kesehatan secara terpusat di Asrama Haji Jakarta sebelum satu hari keberangkatan ke Tanah Suci.

"Iya memang harus mengikuti karantina sebelum keberangkatan untuk skrining kesehatan dan PCR. Karena hasil PCR itu digunakan untuk maskapai dan diperlihatkan ketika kita nanti landing di Madinah,"ucapnya.

Usai melakukan karantina 1x 24 jam dan dinyatakan negatif Covid-19. Mereka langsung bertolak ke Arab Saudi dari bandara Soekarno Hatta, Tangerang. 

Sesampainya di Madinah, mereka dilakukan pengecekan suhu dan diminta untuk menyerahkan bukti fisik tes PCR dengan hasil negatif. Setelah itu, mereka baru diarahkan menuju proses imigrasi.  

Wakil Ketua Umum Afiliasi Mandiri Penyelenggara Umrah Haji (AMPUH) ini mengaku proses masuk ke Arab Saudi sangat cepat dan gampang dimana tidak lebih dari 10 menit. Usai cek imigrasi, mereka langsung dijemput oleh pihak airlines untuk melakukan karantina di Madinah selama empat malam lima hari sesuai aturan otoritas penerbangan Arab Saudi (GACA).

"Ternyata yang selama ini tim Advance yang pertama diberangkatkan di tanggal 23 Desember itu memberi laporannya rumit dan macam-macam tetapi setelah saya alami di tanggal 12 Januari naik Garuda itu semua nya mudah-mudah saja,"ujarnya.

"Bahkan memang sangat gampang dari turun pesawat masuk imigrasi Saudi dan dicek oleh tim kesehatan sana sangat mudah, jadi tidak ada halangan apa-apa,"kata dia.

Tri menjelaskan walaupun aplikasi Tawakalna kini belum terintegrasi dengan aplikasi pedulilindungi. Namun tidak menjadi penghambat para jemaah karena telah difasilitasi oleh pihak muassasah untuk diberikan gelang penanda dan surat ijin atau tasreh untuk menjalankan ibadah umrah.

"Itu sudah diselesaikan saat kita proses visa jadi sebelum berangkat memang harus ada kewajiban menyertakan sertifikat vaksin dua kali termasuk aturan yang sampai sekarang vaksin kedua itu 14 Hari sebelum keberangkatan. 
Jadi di sana tidak ada tawakalna yang diributin sudah, sangat mudah karena difasilitasi oleh muassasah kita,"kata dia.

Menurutnya gelang penanda yang diberikan pihak muassasah sudah sangat cukup efektif bagi jemaah umrah asal Indonesia untuk masuk ke Masjid Nabawi,  Masjidil haram dan Raudhah. 

"Memang teman-teman ada yang bisa lebih dari satu kali umrahnya untuk yang menggunakan aplikasi tawakalna. Tetapi travel penyelenggara dalam hal ini sudah melakukan kewajiban untuk Raudhah dan umrah juga difasilitasi, walaupun tidak menggunakan aplikasi itu tidak ada masalah,"ucapnya.

Bersama rombongan, Tri menjalankan ibadah umrah selama 10 hari dengan rincian 
empat malam karantina sesuai aturan GACA yang sudah diurus oleh Airlines, tiga hari di Madinah dan tiga hari di Mekkah. 

Usai menjalankan ibadah umrah, Tri pulang ke Indonesia pada tanggal 23 Januari 2021. 
Saat tiba di Indonesia, Tri menceritakan dirinya langsung dihadapkan pada tiga pos pemeriksaan. 

Pertama, terkait dengan data diri misalnya pengecekan passport, KTP dan sebagainya. Kemudian berpindah ke pos kedua untuk bertemu Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang menanyakan sertifikat vaksin dan hotel mana yang telah dibooking jemaah umrah. 
 
Setelah selesai mereka berlanjut ke pos ketiga untuk diambil tes PCR yang pertama di bandara. Lalu pihak bandara menyerahkan barcode untuk cek hasil PCR tersebut.

"Kita bisa mengetahui hasil PCR pertama di bandara itu paling cepat 2 jam. Kita bisa mengecek sendiri melalui handphone scan barcode kita jadi sudah sangat cepat
biar tidak lama-lama di bandara,"ujarnya.

Kini ia bersama rombongan nya tengah menjalani karantina di hotel selama empat hari.  Namun saat hasil PCR keluar,  dua diantaranya terkonfirmasi positif covid-19. 

"Kebetulan dari 40 jamaah yaitu 38 negatif, duanya positif lalu kita pisahkan di kamar tersendiri sambil menunggu penjemputan dari Satgas covid. Sementara yang lainnya menunggu PCR kedua hari keenam,"tutur dia.

Walaupun umrah berjalan dengan lancar. Tri turut mengeluhkan akan lamanya durasi karantina di Indonesia yang menyebabkan membengkaknya harga paket umrah yang menembus Rp.35 juta per orang. 

"Orang mungkin punya uang tapi tidak punya waktu minimal kan 20 hari, ada orang punya waktu tapi biayanya tinggi. Jadi dua persoalan itu kalau dibolak-balik masalah utama adalah lama karantina,"ujar Tri.

Belum lagi jika saat di pertengahan masa karantina atau pada hari keenam karantina di hotel menunjukkan hasil positif. Maka jemaah akan ditambah durasi karantinanya selama 10 hari di wisma atlet Jakarta. 

"Ini betul-betul umrah serasa haji waktu kita hampir 1 bulan. Terutama mereka yang positif di hari ke-6 lalu dikarantina di wisma atlet,"ucapnya.

Sehingga ia berharap pemerintah Indonesia dapat membuat kebijakan yang sama dengan negara-negara lainnya.

"Saya berharap Indonesia mencontoh Saudi kedatangan orang dari luar negeri cukup dikarantina 4 malam, Amerika juga sudah 5 malam. Ngapain kita ngambil 6 malam 7 hari kalau bisa dipersingkat kenapa di lama lamain," tutup Tri. (RAMA)

SHARE