Cost of Fund Turun 2 Persen, BSI Makin Percaya Diri Bersaing
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat adanya penurunan cost of fund atau biaya dana hingga di angka 2 persen.
IDXChannel - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat adanya penurunan cost of fund atau biaya dana hingga di angka 2 persen. Dengan angka itu, perusahaan patungan antar bank BUMN tersebut pun semakin percaya diri untuk bersaing dengan bank konvensional dalam negeri.
"Cost of fund kita sudah turun mencapai 2 persen, bahkan bisa di bawah itu, jadi di pembiayaan kita sudah bisa sangat bersaing," ujar Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, dalam Webinar, Rabu (17/3/2021).
Penurunan biaya dana disebabkan adanya efisiensi kinerja emiten. Ihwal efisiensi kinerja, tercatat, ada tiga sektor industri yang digodok BSI. Ketiganya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), ritel, dan wholesale.
Hery mengaku penurunan cost of fund dilakukan melalui sejumlah strategi sebelum mencapai level tersebut.
"Kuncinya pada dana simpanan DPK. Kami punya strategi untuk mendorong dana murah seperti tabungan dan giro. Keunggulan kami pada jumlah nasabah dan berikutnya dengan pengembangan layanan digital juga," katanya.
Ke depannya, BSI siap menyasar seluruh segmen UMKM hingga korporasi. Pihaknya yakin BSI dapat turut membiayai proyek-proyek infrastruktur berskala besar sejalan dengan rencana pemerintah.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Erick Thohir, mencatat, BSI mampu memberikan dampak signifikan bagi industri syariah di Indonesia.
Tak hanya hanya di sektor keuangan, namun juga bagi industri lain seperti makanan, fesyen, kosmetik hingga media massa. Kementerian BUMN berharap, BSI dapat menjadi bank syariah yang kuat, profesional, dan efisien guna meningkatkan industri halal di dalam dan luar negeri.
Tujuan itu direalisasikan melalui efisiensi digitalisasi, diferensiasi produk, peningkatan service excellence bagi nasabah, konsumer, dan UMKM. "Pemerintah juga terus mendukung keuangan dan ekonomi syariah di Indonesia," tutur Erick.
Hasil merger tiga bank syariah BUMN itu mampu menghasilkan aset Rp240 triliun atau setara 16,78 miliar dolar AS. Dengan jumlah aset tersebut diyakini bisa masuk dalam jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia. (TYO)