Empat Komponen Ini Bikin Ongkos Haji 2023 Bengkak, Apa Saja?
Tingginya biaya penyelenggaraan haji 2023 disebabkan oleh empat komponen utama yakni penerbangan, akomodasi, katering, dan masyair.
IDXChannel - Tingginya biaya penyelenggaraan haji 2023 disebabkan oleh empat komponen utama yakni penerbangan, akomodasi, katering, dan masyair.
Anggota Komisi VIII DPR RI Bukhori Yusuf membeberkan empat strategi jitu dalam menurunkan pembengkakan biaya haji, yang dipengaruhi oleh keempat komponen itu.
“Secara garis besar ada empat strategi yang saya tawarkan, pertama menurunkan harga-harga yang tidak wajar. Kedua, menghilangkan regulasi yang tidak berdasar. Ketiga, menghapus kebijakan turunan yang memberatkan dan mengada-ada serta yang keempat adalah memangkas durasi waktu dari 40 hari menjadi 35 sampai 30 hari,” kata Bukhori dalam keterangannya dikutip Senin (13/2/2023).
Salah satu harga tidak wajar yang perlu diturunkan adalah harga masyair. Penetapan harga masyair yang dilakukan oleh Syarikat terlalu tinggi dan tidak berdasar.
Pemerintah, lanjutnya, perlu melakukan negosiasi secara maksimal guna menurunkan harga masyair hingga di angka maksimal SAR 2.000. “Tiba-tiba, pada 2022 biaya masyair mengalami penetapan baru hingga mencapai SAR5.600, tetapi sangat disayangkan pemerintah kita kurang maksimal negosiasinya, sehingga akhirnya kita ditindas. Semestinya kita bisa dapat per orang SAR 1.000-2.000, cukup itu,“ terangnya.
Kedua, komponen perhotelan dan bus shalawat. Ia mengaku heran dengan kebijakan zonasi yang diterapkan oleh Kementerian Agama (Kemenag), dan Kemenag lebih memilih hotel yang lebih mahal.
“Ada hotel yang diambil oleh Kemenag dan ditetapkan per orangnya dikenakan SAR 5.000. Padahal 500 meter dari sana, ada juga hotel dengan kapasitas yang sama, siap menyediakan shuttle bus atau (difungsikan sebagaimana) bus shalawat, dan harganya cuma SAR 3.000-3.500,” ungkapnya.
Bukhori menilai, terkait dengan bus shalawat yang dianggarkan hingga mencapai Rp 129 miliar, anggaran tersebut bisa di efisiensi dengan cara dibebankan kepada pihak hotel.
“Hotel-hotel kecil tapi mahal, kenapa? Karena image-nya dekat dengan Masjidil Haram. Padahal secara durasi tempuh relatif sama. Mereka 3 kilometer jalan kaki, 20-25 menit. Sementara di hotel lain yang menyediakan shuttle bus, juga 20 menit dan aksesnya mudah. Karena itu saya merekomendasikan agar tidak ada pembatasan zonasi,” paparnya.
Keempat, durasi haji. Untuk itu ia menawarkan untuk mempersingkat durasi haji dari 40 hari menjadi 35 sampai 30 hari. Dan untuk mengimplementasi usulan ini kuncinya terletak pada skema penerbangan.
“Padahal menurut perhitungan kami semisal pesawatnya itu berisi 400 penumpang, dengan 15 kali menurunkan saja itu sudah lebih dari 260.000. Padahal jemaah kita hanya 221.000 sehingga kami nilai sangat memungkinkan,” ungkapnya.
Terakhir, komponen konsumsi juga semestinya bisa di efisiensi. Dia pun mengusulkan agar sebagian kebutuhan konsumsi diberikan dalam bentuk uang tunai kepada jemaah agar mereka lebih leluasa.
“Ide agar sebagian kebutuhan konsumsi diberikan dalam bentuk uang tunai perlu dipertimbangkan serius. Ini untuk menghindari makanan katering yang terbuang mubazir sekaligus untuk memberikan multiplier effect. Mereka bisa diberikan Rp 8 juta per jemaah misalnya,” sarannya.
Masih terkait konsumsi, selama Komisi VIII DPR melakukan survei di Arab Saudi, ia mendapat informasi bahwa sejumlah hotel bisa menawarkan catering dengan harga yang lebih terjangkau, SAR 11-12 per porsi, bahkan ada yang menawarkan dengan konsep buffet, SAR 35 untuk 3 kali makan.
Oleh karena itu, Bukhori optimistis bisa menurunkan BPIH hingga Rp82 juta jika semua komponen biaya itu berhasil ditekan. “Jika BPIH itu Rp82 juta, konsekuensinya bipih cukup Rp47 juta. Rincinya, Rp25 juta itu setoran awal, dari virtual account 5 juta, dan jamaah cukup menambah Rp17 juta sementara Rp35 juta dibayar oleh dana efisiensi,” pungkasnya.
(DES)