SYARIAH

Idul Fitri Berpotensi Tak Serentak, Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah

Widya Michella 06/02/2023 14:10 WIB

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta masyarakat saling menghargai dan menghormati pada potensi perbedaan Idul Fitri dengan pemerintah.

Idul Fitri Berpotensi Tak Serentak, Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah. (Dok. Tangkapan Layar YT Muhammadiyah Channel)

IDXChannel - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta kepada masyarakat untuk saling menghargai dan menghormati pada potensi perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha 1444 H dengan pemerintah atau organisasi Islam yang lain. Sebab, perbedaan di internal umat Islam menurutnya adalah sebuah keniscayaan. 

"Ada kemungkinan 1 Syawal, Idul Fitri dan Idul Adha perbedaan karena perbedaan metode yang dipakai karena ini merupakan ijtihad. Maka selalu yang menjadi komitmen Muhammadiyah adalah kita saling menghargai, menghormati, toleran atau tasamuh dengan perbedaan jika hal itu terjadi," kata Haedar dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring, Jakarta, Senin (6/2/2023). 

Menurutnya, potensi perbedaan penetapan hari-hari besar agama Islam akan selalu ada. Sehingga, masyarakat diminta untuk menyikapinya seperti biasa.

"Lebih-lebih kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadan, 1 Syawal, 10 Zulhijah. Sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan lalu timbul penghargaan dan kearifan," ucapnya. 

Lebih lanjut dia menyampaikan, perbedaan tersebut merupakan hasil dari ijtihad yang sudah menjadi watak umat Islam dalam hal-hal yang menyangkut perbedaan dalam praktik menjalankan agama. Maka, Haedar meminta hal tersebut jangan dianggap sebagai sumber perpecahan.

"Jangan dianggap sebagai sumber yang membuat kita umat Islam dan warga bangsa lalu retak karena menyangkut ijtihad yang menjadi bagian dari denyut nadi perjuangan perjalanan umat Islam yang satu sama lain saling paham menghormati dan saling menghargai," katanya. 

"Sehingga perbedaan apapun kalau itu terjadi justru semakin memperkokoh kita sebagai Muslim secara pribadi atau umat Islam secara kolektif," ujarnya. 

Muhammadiyah, kata Haedar, menetapkan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah menggunakan metode hisab wujudul hilal yang dipedomani dengan dasar Alquran, hadist nabi yang kuat ditambah ijtihad.


  
Sehingga pengambilan keputusan itu, kata Haedar, sungguh memiliki dasar keagamaan yang kuat bukan hanya bersifat rasionalitas ilmu semata. 

"Jadi kuat dasar keagamaannya atau di dalam adalah syariahnya tetapi juga buat dalam ilmu penggunaan rasionalitas serta sebagai aspek keilmuan lainnya. Dengan demikian, ijtihad yang diambil oleh Muhammadiyah dengan wujudul hilal dapat dipertanggungjawabkan secara keagamaan keilmuan bahkan dalam kepentingan kemaslahatan umum," tutur dia.

Terakhir, ia berharap umat Islam dapat menjalankan momentum bulan puasa dan Lebaran secara khidmat.

"Jangan sampai soal hari lalu kita melupakan aspek hakiki dari ibadah itu maka pesan Muhammadiyah sambutlah Ramadan dan Idul Fitri dan Zulhijah itu dengan spirit ibadah untuk semakin membuat diri muslim Indonesia itu muslim yang hubungannya dengan Tuhan semakin dekat melahirkan kesalehan itu hal yang sangat hakiki," ujarnya.

Sebagai informasi, PP Muhammadiyah telah menetapkan awal 1 Ramadan, 1 Syawal dan 1 Zulhijah 1444 H. Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tarjdid PP Muhammadiyah.

Berdasarkan hasil hisab tersebut, maka PP Muhammadiyah menetapkan sebagai berikut:

- 1 Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023 M

- 1 Syawal jatuh pada hari Jumat pahing 21 April 2023 M

- 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin 19 Juni 2023 M

- Hari Arafah 9 Zulhijah jatuh pada hari Selasa Wage 27 Juni 2023 M

- Idul Adha atau 10 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Rabu Kliwon, 28 Juni 2023 M.

(YNA)

SHARE