Indonesia Kiblat Fesyen Muslim Dunia, Masuk Tiga Besar Keuangan Syariah Global
Posisi Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim global menjadi bukti bahwa produk kreatif berbasis budaya dan nilai Islam mampu bersaing di kancah internasional.
IDXChannel - Indonesia kini memimpin di sektor fesyen muslim dunia dan menempati posisi tiga besar industri keuangan syariah global.
Hal tersebut diungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat Sarasehan Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah "Refleksi Kemerdekaan RI ke-80 Tahun 2025" : Menjadikan Indonesia Pusat Ekonomi Syariah Dunia di Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Perry pun mengajak para tamu untuk kembali mengenang momentum Mei 2015. Saat itu, BI dan MUI untuk pertama kalinya menggelar sarasehan nasional di gedung yang sama. Forum tersebut menjadi titik awal lahirnya visi besar menjadikan Indonesia sebagai arus baru ekonomi syariah. Sejak visi itu dicanangkan, berbagai sektor industri syariah di Tanah Air mencatat kemajuan pesat.
“Alhamdulillah, Indonesia adalah the best, the number one dalam modest fashion di global. Kiblat modest fashion dunia adalah dari Indonesia,” ujar Perry.
Menurut Perry, posisi Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim global menjadi bukti bahwa produk kreatif berbasis budaya dan nilai Islam mampu bersaing di kancah internasional.
Di sisi lain, sektor keuangan syariah juga menunjukkan perkembangan signifikan, ditandai hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sebagai salah satu bank syariah terbesar di kawasan.
“Indonesia nomor tiga, keuangan syariah. Yang kita harus kejar adalah untuk halal food. Yang kita harus kejar untuk bagaimana tapi tetap one of the five,” kata Perry.
Selain fesyen dan keuangan, Perry menegaskan industri makanan halal menjadi target berikutnya yang harus dikejar. Saat ini Indonesia sudah berada di lima besar dunia untuk sektor tersebut, namun ia menilai potensi pasar dan produksinya masih dapat ditingkatkan, terutama lewat sinergi lintas sektor.
Dia mengungkapkan, kunci kemajuan ekonomi syariah Indonesia terletak pada kolaborasi dan pemberdayaan komunitas akar rumput, khususnya pondok pesantren. Sejak 2015, BI mendorong pesantren menjadi pusat kegiatan ekonomi umat, mulai dari bisnis percetakan, pengelolaan air bersih, pertanian hijau, hingga industri roti.
Digitalisasi juga diperkenalkan agar pesantren mampu mengakses pasar lebih luas, termasuk ekspor produk halal. “Pondok-pondok pesantren kita sudah menjadi pusat-pusat bisnis ekonomi syariah. Bahkan pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tapi juga pusat ekonomi syariah, bisnis,” katanya.
Selain membangun ekosistem halal dan memperluas akses keuangan, Perry menekankan pentingnya literasi ekonomi syariah yang terus diperkuat. Festival Ekonomi Syariah yang rutin digelar di berbagai wilayah menjadi sarana dakwah ekonomi sekaligus promosi produk dan inovasi pelaku usaha syariah.
Capaian satu dekade terakhir merupakan langkah awal menuju cita-cita besar menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Ia optimistis, melalui kolaborasi berkelanjutan, posisi Indonesia akan semakin kokoh di pasar global.
(kunthi fahmar sandy)