SYARIAH

Ini Empat Persoalan Penerbangan Haji yang Buat Layanan Garuda (GIAA) Dinilai Sangat Buruk

Widya Michella 22/05/2024 15:16 WIB

Kemenag membeberkan empat persoalan yang menyebabkan kinerja penerbangan jamaah haji PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dinilai sangat buruk.

Ini Empat Persoalan Penerbangan Haji yang Buat Layanan Garuda (GIAA) Dinilai Sangat Buruk. (Foto: MNC Media)

IDXChannelKementerian Agama (Kemenag) membeberkan empat persoalan yang menyebabkan kinerja penerbangan jamaah haji PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dinilai sangat buruk.

Persoalan pertama yaitu kerusakan mesin pesawat. Kejadian ini terjadi di Embarkasi Makassar.

Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia mengeluarkan api pada saat take off penerbangan jemaah kelompok terbang (kloter) lima Embarkasi Makassar UPG-05). 

“Kondisi ini berdampak domino pada keterlambatan sejumlah penerbangan setelahnya,” kata Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie di Jakarta, Rabu (22/5/2024).

Kedua, keterlambatan penerbangan. Menurut Anna, Ontime performance (OTP) Garuda Indonesia sangat buruk.

Kemenag mencatat, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5%.

“Dari 80 penerbangan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan ada keterlambatan sampai 3 jam 50 menit. Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan,” imbuhnya. 

Ketiga, pecah kloter. Menurut Anna, perencanaan Garuda Indonesia meleset sehingga pecah kloter yang awalnya diperkirakan hanya akan terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali. 

“Salah satunya pecah kloter dialami UPG-06 karena Garuda tidak bisa menggantikan pesawat yang mesinnya rusak dengan jenis pesawat yang sama,” sebut Anna. 

“Kami mencatat sampai hari ini sudah ada empat penerbangan yang pecah kloter. Maksudnya, satu kloter jamaah tidak bisa diterbangkan secara bersama-sama,” sambungnya.

Potensi terjadinya pecah kloter ini masih bisa bertambah jika tidak dimitigasi dengan baik. Hal ini dikarenakan masa penerbangan jamaah ke tanah suci masih akan berlangsung hingga 10 Juni mendatang.

Keempat, tas kabin dan kursi roda jamaah tidak terbawa. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28). Ada 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terangkut. 

Akibatnya jamaah dan petugas mencari-cari setelah mereka mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

“Ini bahkan tidak ada informasi dari Garuda. Padahal petugas haji pontang panting terus mencarinya. Belakangan kita tahu bahwa 11 kursi roda dan 120 koper kabin itu tidak terbawa dan baru diterbangkan bersama pesawat yang memberangkatkan kloter 33 Embarkasi Solo atau SOC 33,” papar Anna.

Menurutnya hal Ini jelas merugikan jemaah SOC 28. Dengan demikian pihak Garuda diminta harus meminta maaf dan memberikan kompensasi langsung kepada jamaah haji Indonesia.

"Garuda harus segera melakukan perbaikan ke depan,” tuturnya. 

Selain itu, Kemenag juga telah melayangkan teguran tertulis pada 16 Mei lalu. Namun, Kemenag merasa belum ada perbaikan layanan secara signifikan dari Garuda Indonesia.

(FRI)

SHARE