Technology

Apa Itu Ransomware, Mampu Jebol Pusat Data Nasional

Dian Kusumo Hapsari 27/06/2024 10:58 WIB

Ransomware dengan tipe Brain Cipher telah menyerang Pusat Data Nasional Nasional Sementara (PDNS) Indonesia. 

Apa Itu Ransomware, Mampu Jebol Pusat Data Nasional. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ransomware dengan tipe Brain Cipher telah menyerang Pusat Data Nasional Nasional Sementara (PDNS) Indonesia. 

Hal ini pun sudah dikonfirmasi oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada Senin lalu (24/6/2024). PDN merupakan data publik yang dijalankan oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang menghimpun sejumlah data pemerintahan pusat maupun daerah.

Apa Itu Ransomware

Ransomware adalah sejenis program jahat, atau malware, yang mengancam korban dengan menghancurkan atau memblokir akses ke data atau sistem penting hingga tebusan dibayar. 

Secara historis, sebagian besar ransomware menargetkan individu, namun belakangan ini, ransomware kiriman manusia yang menargetkan organisasi menjadi semakin meluas dan semakin sulit untuk dicegah dan ditanggulangi. Dengan ransomware kiriman manusia, sekelompok penyerang dapat menggunakan intelijen yang telah mereka kumpulkan untuk memperoleh akses ke jaringan perusahaan. 

Beberapa serangan semacam ini sangatlah canggih sampai-sampai penyerang menggunakan dokumen keuangan internal yang mereka ungkap untuk menetapkan harga tebusan.

Ransomware pertama kali muncul pada akhir 1980-an dengan serangan yang dikenal sebagai AIDS Trojan atau PC Cyborg. Namun, sejak itu, ransomware telah berkembang pesat baik dalam kompleksitas maupun dalam frekuensinya. Di era digital modern, ransomware telah menjadi lebih canggih dan lebih sulit untuk dilawan.

Salah satu dampak paling langsung dari serangan ransomware adalah kerugian finansial. Jurnal-jurnal ilmiah mencatat bahwa serangan ransomware dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, tidak hanya dari pembayaran tebusan itu sendiri, tetapi juga dari biaya pemulihan, kehilangan pendapatan akibat downtime, dan biaya tambahan untuk memperkuat keamanan setelah serangan.

Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Cybersecurity (2020), total kerugian akibat serangan ransomware global diperkirakan mencapai miliaran dolar setiap tahun. Biaya pemulihan bisa jauh lebih tinggi daripada tebusan yang diminta, karena melibatkan upaya untuk memulihkan data, memperbaiki reputasi, dan meningkatkan sistem keamanan.

Ransomware dapat menyebabkan gangguan besar. Ketika data atau sistem penting dienkripsi, organisasi mungkin tidak dapat menjalankan operasi normalnya. Ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, kehilangan pelanggan, dan kerusakan reputasi yang signifikan. 

Gangguan operasional akibat serangan ransomware dapat berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, tergantung pada skala serangan dan kemampuan organisasi untuk merespons. 


(DKH)

SHARE