Benarkah Bubble Dot Com adalah Runtuhnya Industri StartUp?
Bubble dot com adalah peristiwa runtuhnya industri teknologi. Hal ini seiring matinya sejumlah perusahaan yang mengawali dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
IDXChannel - Bubble dot com adalah peristiwa runtuhnya industri teknologi. Hal ini seiring matinya sejumlah perusahaan yang mengawali dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Hal itu tengah menjadi sorotan di kalangan industri startup atau perusahaan rintisan. Setidaknya, tujuh startup tercatat telah melakukan PHK selama tahun 2022, termasuk beberapa yang cukup terkenal seperti Zenius dan LinkAja. Fenomena ini tidak jarang dihubungkan dengan peristiwa dot com bubble yang pernah terjadi.
Lantas benarkah bubble dot com adalah peristiwa runtuhnya industri teknologi? Simak penjelasan yang dihimpun IDX Channel dari berbagai informasi tepercaya.
Apa Itu Bubble Dot Com
Dot com bubble sendiri merupakan peristiwa penting dalam dunia keuangan yang terjadi di awal milenium, tepatnya tahun 1998-2000.
Gelembung ini ditandai oleh pertumbuhan nilai pasar yang melonjak tinggi, jauh melampaui nilai intrinsik perusahaan. Keadaan ini terjadi karena proyeksi masa depan yang terlalu optimis, dan pada akhirnya, pasar menyadari ketidakrealistisannya, sehingga gelembung pun pecah.
Berbeda dengan dot com bubble, digitalisasi pada tahun 2022 dianggap bukan lagi sekadar spekulasi semata, melainkan sebuah kebutuhan masyarakat yang nyata.
Fenomena booming digital telah mengubah gaya hidup secara signifikan, menjadikan dot com bubble di era ini lebih sulit untuk terulang. Namun, apakah benar kita berada di ambang fenomena serupa? Mari kita telaah lebih lanjut.
Dot com bubble pada masanya terjadi di pasar Amerika Serikat (AS), di mana industri teknologi mengalami booming dan valuasi sahamnya melejit. Euforia dan popularitas internet menjadi pemicu utama, dengan para investor berbondong-bondong menginvestasikan dana besar pada perusahaan teknologi, menganggap masa depan industri ini sangat cerah.
Hal ini membuat harga saham naik secara drastis, khususnya saham perusahaan teknologi yang terdaftar di Indeks Nasdaq. Pada puncaknya, Nasdaq mencapai kenaikan sebesar 586%, mencapai 5.132,72 dari Januari 1995 hingga Maret 2000. Namun, akibat overvalued, gelembung pun pecah, dan Nasdaq mengalami penurunan tajam hingga 76%.
Beberapa faktor penyebab dot com bubble antara lain valuasi yang terlalu tinggi, aksi IPO tanpa prospek jelas, besarnya pendanaan dari venture capital, dan dampak dari faktor media yang mempromosikan saham teknologi dengan harapan yang terlalu optimis.
Pecahnya gelembung dot com menyebabkan bear market yang parah, dengan dampak pengangguran yang signifikan. Banyak perusahaan "dot com" mengalami kebangkrutan, dan saham teknologi kategori blue chip turun lebih dari 80%.
Namun, apakah kita menghadapi potensi dot com bubble di era sekarang? Meski valuasi startup teknologi Indonesia mencapai rekor tertinggi kedua di Asean sebesar USD35 miliar, perbandingannya dengan dot com bubble pada masanya mungkin tidak sepenuhnya relevan.
Benarkah Bubble Dot Com adalah Runtuhnya Industri StartUp? (FOTO: MNC MEDIA)
Kondisi saat ini lebih dipengaruhi oleh kebutuhan pasar terhadap solusi digital yang nyata.
Mengutip pemberitaan media ternama, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, menyarankan agar investor lebih fokus pada kinerja perusahaan saat ini dan menghindari spekulasi yang berlebihan terkait masa depan.
Sebuah keseimbangan baru di industri teknologi mungkin akan terbentuk, namun apakah fenomena dot com bubble akan benar-benar terulang, hanya waktu yang akan memberikan jawabannya. Investor diminta untuk tetap bijak dan realistis dalam menghadapi dinamika pasar.
Itulah penjelasan dan jawaban mengenai bubble dot com adalah sebuah hancurnya industri teknologi. Semoga informasi ini berguna dan bermanfaat bagi Anda. (MYY)