Technology

BYD Kurangi Produksi dan Ekspansi di Tengah Penurunan Penjualan

Ahmad Islamy 25/06/2025 21:37 WIB

Raksasa kendaraan listrik (EV) asal China, BYD, baru-baru ini memperlambat laju produksi dan ekspansi dengan mengurangi shift kerja di beberapa pabrik domestik.

BYD Tang I, salah satu varian EV SUV yang diluncurkan BYD beberapa bulan lalu (ilustrasi). (Foto: Arsip)

IDXChannel – Raksasa kendaraan listrik (EV) asal China, BYD, baru-baru ini memperlambat laju produksi dan ekspansi dengan mengurangi shift kerja di beberapa pabrik domestik. Perusahaan otomotif itu juga menunda rencana pembangunan jalur produksi baru.

Kabar itu diungkapkan oleh dua sumber yang mengetahui kondisi tersebut. Langkah itu mengindikasikan potensi perlambatan pertumbuhan penjualan BYD, yang sebelumnya melesat dan menggeser Tesla sebagai produsen kendaraan listrik (EV) terbesar dunia. Perlambatan itu akibat meningkatnya stok kendaraan, meski BYD telah menerapkan diskon besar-besaran di pasar otomotif China yang sangat kompetitif.

Berdasarkan informasi dari sumber yang memilih anonim karena sensitivitas isu tersebut, BYD telah menghentikan shift malam dan memangkas output hingga sepertiga dari kapasitas di sejumlah pabriknya. Kebijakan yang belum diumumkan secara resmi itu diterapkan di sedikitnya empat fasilitas, sekaligus menunda beberapa rencana ekspansi produksi. 

BYD mencatat penjualan 4,27 juta unit pada tahun lalu. Mayoritas penjualan itu ada di China. Pada awalnya perusahaan EV itu menargetkan kenaikan penjualan hampir 30 persen menjadi 5,5 juta unit pada 2025.

>

Salah satu sumber menyebut langkah BYD itu bertujuan untuk menghemat biaya. Sementara sumber yang yang lain mengaitkannya dengan kegagalan penjualan mencapai target. Hingga kini, BYD belum memberikan respons atas permintaan komentar dari wartawan terkait isu ini.

Data Asosiasi Produsen Mobil China menunjukkan perlambatan pertumbuhan output BYD menjadi 13 persen pada April dan 0,2 persen pada Mei. Ini adalah laju terlemah sejak Februari 2024 yang dipengaruhi libur Tahun Baru Imlek. 

Produksi rata-rata pada April-Mei 2025 turun 29 persen dibandingkan kuartal keempat 2024. Kondisi ini menyimpang dari tren peningkatan bulanan yang terjadi pada 2023 dan 2024.

Kesuksesan BYD sebagai raksasa EV global dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh ekspansi agresif dan peluncuran model baru yang terjangkau. Namun, insentif harga terbaru—yang menurunkan harga model termurah menjadi 55.800 yuan (Rp127 juta)—memicu aksi jual saham otomotif China dan memaksa kompetitor menerapkan potongan harga. 

Survei Asosiasi Dealer Otomotif China pada Mei mengungkapkan stok dealer BYD mencapai 3,21 bulan, tertinggi di antara merek lokal, sementara rata-rata industri hanya 1,38 bulan.

Laporan media pemerintah pada bulan lalu mencatat setidaknya 20 toko BYD di provinsi timur Shandong tutup atau sepi pelanggan, menggambarkan tekanan pada jaringan distribusi. 

Dalam lima bulan pertama 2025, BYD mencatat penjualan 1,76 juta kendaraan. Sekitar 20 persen di antaranya diekspor.

(Ahmad Islamy Jamil)

SHARE