Technology

CEO Ford: Industri Mobil Listrik China Jadi Ancaman Serius Bagi AS di Masa Depan

Ibnu Hariyanto 30/06/2025 17:31 WIB

CEO Ford Motor Co, Jim Farley menyebut dominasi industri kendaraan listrik (EV) China menjadi ancaman eksistensial masa depan produsen mobil AS.

CEO Ford Motor Co, Jim Farley menyebut dominasi industri kendaraan listrik (EV) China menjadi ancaman eksistensial masa depan produsen mobil AS. (foto: IMG)

IDXChannel – CEO Ford Motor Co, Jim Farley menyebut dominasi industri kendaraan listrik (EV) China menjadi ancaman eksistensial masa depan produsen mobil Amerika Serikat, termasuk Ford. Sebab, saat ini 70 persen mobil listrik di dunia diproduksi di China.

"Sekitar 70 persen dari seluruh mobil listrik di dunia diproduksi di China. Mereka benar-benar unggul," kata Farley dalam wawancara di Aspen Ideas Festival sebagaimana dilansir dari Business Insider, Senin (30/6/2025).

Farley mengungkapkan telah melakukan hingga 7 kunjungan ke China dalam setahun terakhir untuk mempelajari pasar dan teknologi di Negeri Tirai Bambu itu. Dia mengaku kemajuan industri otomotif China.

Dia lantas menyoroti kecanggihan sistem digital dalam mobil-mobil China yang telah terintegrasi dengan raksasa teknologi seperti Huawei dan Xiaomi. Menurutnya, pengguna bisa langsung tersambung ke ekosistem digital tanpa perlu menghubungkan ponsel secara manual.

Farley mengakui Ford tidak bisa meniru pendekatan China secara langsung karena perusahaan teknologi besar AS seperti Google dan Apple tidak masuk ke bisnis otomotif. Selain itu, biaya dan kualitas kendaraan buatan China disebut jauh lebih efisien.

“Jika kita kalah dalam persaingan global ini, maka Ford tidak punya masa depan,” kata Farley.

Sebelumnya Farley juga memuji keunggulan mobil China. Dia bahkan sudah menjajal langsung mobil listrik China Xiaomi SU7 di Chicago.

“Kami kirim mobil itu dari Shanghai, dan saya tidak ingin melepasnya. Xiaomi lebih dari sekadar perusahaan teknologi. Mereka adalah merek konsumen yang kuat,” ujarnya.

Di sisi lain, Ford memutuskan untuk menunda rencana produksi SUV listrik dan mengalihkan fokus ke kendaraan hybrid. Pergeseran ini diperkirakan menelan biaya hingga USD2 miliar.

Meskipun menghadapi tekanan besar, saham Ford tetap naik lebih dari 9 persen sepanjang tahun 2025. Situasi ini mencerminkan optimisme investor terhadap strategi restrukturisasi dan efisiensi biaya perusahaan.

>

(Ibnu Hariyanto)

SHARE