Ilmuwan Top China Meributkan Pendaratan Bulan oleh India, Soal Apa?
Persaingan antara dua negara terbesar di Asia, China dan India, telah meluas hingga ke soal penjelajahan luar angkasa.
IDXChannel - Persaingan antara dua negara terbesar di Asia, China dan India, telah meluas hingga ke soal penjelajahan luar angkasa.
Setelah melakukan pendaratan pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 di bulan pada bulan lalu, India menjadi negara pertama yang menempatkan pesawat ruang angkasa di kutub selatan bulan hingga memecahkan rekor China untuk pendaratan di bulan paling selatan.
Seorang ilmuwan terkemuka China mengatakan, klaim tentang pencapaian tersebut terlalu dilebih-lebihkan.
Ouyang Ziyuan, yang dikenal sebagai bapak program eksplorasi bulan China, mengatakan kepada surat kabar Science Times berbahasa Mandarin bahwa lokasi pendaratan Chandrayaan-3 berada pada 69 derajat lintang selatan, tidak berada dekat dengan kutub, yang didefinisikan antara 88,5 dan 90 derajat.
“Itu salah!” katanya tentang klaim pendaratan di kutub India. “Lokasi pendaratan Chandrayaan-3 bukan di kutub selatan bulan, juga bukan di dekat kawasan kutub selatan bulan,” Ouyang mengatakan bahwa Chandrayaan-3 berjarak 619 kilometer (385 mil) dari wilayah kutub.
Melansir dari Bloomberg, Kamis (28/09), setelah pendaratan Chandrayaan-3, Global Times milik Partai Komunis mengutip Pang Zhihao, pakar luar angkasa senior yang berbasis di Beijing, yang mengatakan bahwa China memiliki teknologi yang jauh lebih baik.
“Program luar angkasa China telah mampu mengirim pengorbit dan pendarat langsung ke orbit transfer Bumi-Bulan sejak peluncuran Chang'e-2 pada 2010, sebuah manuver yang belum dapat dilakukan India mengingat terbatasnya kapasitas kendaraan peluncurnya,” tertulis dalam surat kabar. “Mesin yang digunakan China juga jauh lebih maju.”
Meski begitu, Chandrayaan-3 melaju lebih jauh ke selatan dibandingkan pesawat ruang angkasa lainnya. Upaya Rusia untuk mendaratkan pesawat ruang angkasa di dekat kutub selatan bulan berakhir dengan kegagalan bulan lalu ketika pesawat tersebut jatuh ke bulan.
Chang’e 4 milik China, yang pertama mendarat di sisi terjauh bulan pada 2019, mendarat 45 derajat selatan. Sebuah wahana antariksa NASA yang tidak berawak, Surveyor 7, mencapai bulan sekitar 41 derajat selatan pada tahun 1968.
Mendekati kutub selatan bulan penting bukan hanya untuk menyombongkan diri. Para ilmuwan berpendapat wilayah tersebut mungkin memiliki cadangan es yang berpotensi berharga untuk tempat tinggal jangka panjang.
AS dan China sama-sama sedang meninjau wilayah tersebut untuk rencana mendatang mereka dalam mengirim astronot ke bulan untuk pertama kalinya sejak program Apollo NASA berakhir setengah abad yang lalu. (ADF)