Technology

Industri Otomotif Jepang Diperkirakan Alami Kerugian Rp311 Triliun Imbas Tarif AS

Ibnu Hariyanto 16/05/2025 11:15 WIB

Produsen mobil Jepang menghadapi kerugian besar akibat tarif impor kendaraan dan suku cadang yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Produsen mobil Jepang menghadapi kerugian besar akibat tarif impor kendaraan dan suku cadang yang diberlakukan oleh AS. (foto: iNews Media Grup)

IDXChannel- Produsen mobil Jepang menghadapi kerugian besar akibat tarif impor kendaraan dan suku cadang yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kerugian perkirakan mencapai USD19 miliar (sekitar Rp311,6 triliun) bagi industri otomotif Jepang.

Dilansir Bloomberg, Jumat (16/5/2025), Toyota sebagai produsen mobil terbesar dunia memperkirakan penurunan laba bersih sebesar 35 persen untuk tahun fiskal 2025–2026 dengan dampak tarif mencapai 180 miliar yen Jepang hanya dalam dua bulan pertama. 

Nissan dan Honda juga memproyeksikan kerugian signifikan imbas kebijakan tarif AS itu. Nissan diperkirakan rugi 200 miliar yen Jepang dan Honda dan 650 miliar yen.

Tarif impor sebesar 25 persen yang dikenakan pada kendaraan dan suku cadang dari Jepang memaksa produsen mobil untuk meninjau ulang strategi produksi dan rantai pasokannya. Banyak perusahaan mempertimbangkan untuk memindahkan produksi ke AS untuk menghindari tarif tambahan, meskipun biaya produksi di AS lebih tinggi dibandingkan Jepang atau Meksiko.

Nissan telah mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran, termasuk pemutusan hubungan kerja terhadap 20.000 karyawan dan penutupan tujuh pabrik. restrukturisasi besar-besaran diambil untuk mengurangi dampak finansial dari tarif dan menyesuaikan operasi perusahaan dengan kondisi pasar yang berubah.

Subaru dan Mazda juga menghadapi tantangan serupa. Subaru yang selama ini mengandalkan pasar AS mempertimbangkan untuk mengalihkan produksi. Mazda menghentikan ekspor model tertentu ke Kanada dan meninjau ulang strategi produksinya untuk mengurangi dampak tarif.

Sementara itu, Perdana Menteri Shigeru Ishiba prihatin terhadap dampak tarif AS/ Pemerintah Jepang berupaya mempercepat negosiasi perdagangan dengan AS.

Kebijakan tarif otomitif ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap stabilitas ekonomi Jepang. Sebab, industri otomotif menyumbang sebesar hampir 3 persen terhadap PDB Jepang dan AS sebagai pasar ekspor terbesar.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE