Technology

KTT Inggris Sepakati Enam Hal untuk Kendalikan Risiko Kecerdasan Buatan

Rianita Anggraini/Magang 04/11/2023 09:30 WIB

Inggris menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau pertemuan puncak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

KTT Inggris Sepakati Enam Hal untuk Kendalikan Risiko Kecerdasan Buatan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Inggris menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau pertemuan puncak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Para pemimpin politik dan pakar teknologi bertemu untuk membahas risiko bahaya dari AI. 

KTT tersebut menghasilkan beberapa deklarasi penting yang memberi kita gambaran sekilas tentang masa depan tata kelola AI. 

Mulai dari “Deklarasi Bletchley”, yang tujuannya membangun koordinasi dan standar global seputar keselamatan AI. Deklarasi ini telah disetujui 28 negara termasuk negara-negara berpengaruh seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan China. 

Deklarasi Bletchley menjelaskan rencana untuk transparansi yang lebih besar dari pengembang AI mengenai praktik keselamatan yang lebih besar dalam memahami risiko. Hal ini dianggap sebagai pencapaian penting dalam menyelaraskan para pemimpin AI di dunia dalam mengelola bahaya AI dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun rinciannya belum terlihat jelas, hal ini dipandang sebagai langkah pertama yang penting menuju penciptaan norma-norma internasional dan strategi mitigasi. 

Sementara itu dalam pertemuan tersebut, Wakil Presiden AS Kamala Harris menyampaikan pidato yang menyoroti dampak buruk AI saat ini, seperti diskriminasi, misinformasi, dan tantangan demokrasi, dengan mengatakan bahwa hal tersebut sudah berdampak pada populasi yang rentan. 

Dia mengumumkan pemerintahan Biden akan mengambil langkah-langkah untuk mengelola risiko sosial dan tantangan peraturan yang ditimbulkan oleh AI. 

Dalam pertemuan tersebut, CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk juga menyampaikan pendapatnya tentang ketakutannya terhadap AI yang lepas kendali dari manusia. 

Dia menegaskan kembali kekhawatiran tersebut dan menggambarkan AI yang canggih sebagai “salah satu ancaman terbesar bagi umat manusia” mengingat potensinya untuk menjadi jauh lebih cerdas daripada manusia. 

Disisi lain salah satu pendiri DeepMind, Mustafa Suleyman, menyatakan bahwa penghentian sementara pengembangan AI mungkin diperlukan dalam waktu dekat. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pertanyaan ini harus ditanggapi dengan sangat serius dalam lima tahun ke depan. 

Pemerintah Inggris mengumumkan investasi sebesar EUR225 juta untuk supercomputer baru yang kuat yang disebut Isambard-AI. 

Bersama dengan superkomputer lain yang direncanakan bernama Dawn, sistem ini adalah bagian dari tujuan Inggris untuk memimpin AI sambil bermitra dengan sekutu seperti AS. Komputer-komputer ini akan online pada musim panas mendatang. 

Jelas sekali terdapat perlombaan senjata teknologi yang berisiko tinggi, ketika negara-negara besar seperti AS, Uni Eropa (UE) dan China bersaing untuk menjadi pemimpin dalam bidang AI. Meskipun dalam hal ini KTT di Inggris berfokus pada kerja sama dan keselamatan, namun masing-masing wilayah ingin menentukan aturan dan standari AI agar selaras dengan tujuan ekonomi dan politik mereka. 

Presiden Joe Biden berkata, “Amerika akan memimpin dalam periode perubahan teknologi ini” setelah menandatangani perintah eksekutif AI pada (30/10/23), bahkan ketika UE secara agresif merancang peraturan AI. Dan China telah meluncurkan kebijakannya sendiri untuk menentukan arah perkembangan AI. 

Namun dengan berkembangnya kerangka kerja seperti Deklarasi Bletchley, mungkin kekuatan-kekuatan yang bersaing ini dapat bersama-sama mencegah AI yang tidak terkendali menjadi terkendali.


(DKH)

SHARE