Technology

Masyarakat RI Lebih Suka Beli Mobil Bekas, Penjualannya Tembus 1,8 Juta Unit per Tahun

M Fadli Ramadan 22/01/2025 09:47 WIB

Masyarakat Indonesia dinilai lebih suka membeli mobil bekas dibandingkan baru. Sebab, membeli mobil bekas tidak memerlukan dana besar.

Masyarakat RI Lebih Suka Beli Mobil Bekas, Penjualannya Tembus 1,8 Juta Unit per Tahun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Masyarakat Indonesia dinilai lebih suka membeli mobil bekas dibandingkan baru. Sebab, membeli mobil bekas tidak memerlukan dana besar namun bisa memiliki kendaraan dengan fitur dan kualitas yang baik.

Hal itu juga sejalan dengan pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia. Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan pendapatan per kapita rata-rata orang Indonesia tidak dapat mengejar kenaikan harga mobil baru.

Tak heran jika masyarakat Indonesia lebih memilih membeli mobil bekas dan sesuai dengan model yang diinginkan.

"Harga mobil baru kita itu naiknya rata-rata 7,5 persen per tahun. Sementara income masyarakat kelas menengah tadi, naiknya di batasan inflasi 3 persen. Jadi (kondisinya) makin lama, kayak mulut buaya, nganga terus, enggak mampu beli mobil," kata kukuh di Jakarta, belum lama ini.

Selain itu, pasar mobil bekas saat ini lebih terbuka dengan menyediakan jasa inspeksi eksternal. Kondisi ini membuat masyarakat lebih tenang dalam membeli mobil bekas sehingga meningkatkan angka penjualan.

"Kelas menengah beli mobil, belinya mobil bekas. Jadi mobil bekas sekarang itu laku. Karena lebih transparan, cacatnya di mana, bekas baret di mana, kena banjir atau tidak, ada semua," kata Kukuh.

Dengan faktor itu, Kukuh memperkirakan pasar mobil bekas mampu menjual 1,8 juta unit per tahun.

Di sisi lain, Penjualan mobil baru lesu sepanjang 2024 karena sejumlah faktor, di antaranya pemilu dan regulasi yang menggantung dari pemerintah. Sehingga masyarakat menahan diri untuk membeli mobil baru.

Gaikindo pun belum yakin penjualan mobil baru di Indonesia dapat kembali menyentuh angka 1 juta unit pada tahun ini. Terlebih, ada kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen dan opsen pajak.

"Kita belum duduk bareng (penetapan target 2025), belum menghitung secara rinci, kalau tahun kemarin saja, tidak ada opsen, kita satu juta saja tidak dapat. Tahun ini kita harapkan dengan model baru dan sebagainya, perkembangannya ada opsen yang ditunda, kita kalau mau optimistis di 900-an (ribuan)," ujar Kukuh.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE