Meta Ditinggal Investor Karena Fokus Kembangkan AI, Sahamnya Anjlok 15 Persen
Investor di pasar modal Amerika Serikat (AS), Wall Street, ramai-ramai melepas saham induk Facebook dan Instagram, Meta Platform (META.O) karena AI.
IDXChannel - Investor di pasar modal Amerika Serikat (AS), Wall Street, ramai-ramai melepas saham induk Facebook dan Instagram, Meta Platform (META.O). Setelah CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengumumkan rencana investasi pada kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan potensi penurunan pendapatan.
Setelah pernyataan Zuckerberg, saham Meta tenggelam karena investor menilai belanja AI lebih tinggi dan perkiraan pendapatan yang rendah. Selain itu, investor khawatir lonjakan biaya AI melebihi manfaatnya.
Saham induk Facebook dan Instagram itu pun turun sekitar 15% dalam perdagangan Rabu (24/4/2024) setelah laporan tersebut, nilai pasarnya anjlok USD200 miliar dan kapitalisasi pasarnya menjadi sekitar USD1 triliun.
Kemerosotan nilai saham Meta tersebut hanya sedikit dari kerugian satu hari sebesar USD232 miliar yang diderita perusahaan pada 3 Februari 2022 lalu, yang merupakan rekor terbesar hilangnya kapitalisasi pasar satu hari untuk perusahaan AS mana pun.
Pernyataan tersebut langsung melemahkan ekspektasi pasar, terutama terhadap investasi AI. Padahal, Meta sebelumnya sukses mencatatkan serangkaian kuartal dengan kinerja yang ciamik.
Bahkan, Meta menikmati kenaikan kapitalisasi pasar satu hari terbesar dalam sejarah Wall Street setelah laporan triwulanan terakhirnya, ketika perusahaan tersebut membukukan hasil yang kuat dan mengumumkan dividen pertama kalinya.
Namun, Meta memperkirakan pendapatan pada April-Juni 2024 hanya mencapai sekitar US36,5 miliar-USD39 miliar, dengan titik tengah USD37,8 miliar. Menurut data LSEG, angka tersebut turun dibandingkan perkiraan analis sebesar USD38,3 miliar.
Sementara itu, total pengeluaran sepanjang 2024 diperkirakan mencapai USD96 miliar-USD99 miliar, dari USD94 miliar-USD99 miliar. Mereka juga memperkirakan belanja modal pada 2024 akan berada dalam kisaran USD30 miliar-USD40 miliar, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar USD35 miliar-USD37 miliar.
“Investor skeptis terhadap peningkatan belanja AI. Beberapa dari investasi tersebut mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membuahkan hasil,” kata Jasmine Enberg, analis utama di Insider Intelligence seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/4/2024).
“Tetapi Meta berada dalam perlombaan AI untuk memenangkannya, dan Meta AI bisa menjadi kuda hitam. Meta memiliki audiens bawaan melalui aplikasi-aplikasi yang ada, dan pada akhirnya akan memiliki keuntungan dalam monetisasi melalui ekosistem iklannya,” sambungnya.
Di sisi lain, divisi Reality Labs milik Meta yang berorientasi metaverse meleset dari ekspektasi pada kuartal pertama 2024 dengan membukukan penjualan sebesar USD440 juta. Namun, investor memperkirakan pendapatan divisi tersebut bisa mencapai USD475 juta.
Penjualan Reality Labs melonjak 30% dari tahun sebelumnya, namun masih di bawah pendapatan rata-rata sebesar USD523 juta yang tercatat dalam laporan kuartal pertama sebelumnya sejak Meta mulai mengungkapkan pendapatan Reality Labs pada 2021.
Meski begitu, Reality Labs mengalami kerugian sebesar USD3,8 miliar pada kuartal tersebut, menempatkannya pada jalur yang tepat tahun ini untuk menyamai kerugian sebesar USD16 miliar pada 2023.
Selain Meta, saham Alphabet (GOOGL.O) turun 3% dalam perdagangan yang diperpanjang dan saham Microsoft (MSFT.O) turun 2%, dengan kekhawatiran bahwa Wall Street mungkin meremehkan biaya perlombaan AI yang berdampak pada perusahaan teknologi besar tersebut sebelum mereka menerbitkan laporan keuangan pada Kamis (25/4/2024).
(FRI)