Technology

OpenAI Mau Putus Akses China ke Layanannya

Dian Kusumo Hapsari 27/06/2024 11:01 WIB

OpenAI mengambil langkah dadakan di pasar China. Dalam memonya kepada pengguna, pemilik ChatGPT ini akan memutus akses perangkat lunak ke layanannya mulai Juli

OpenAI Mau Putus Akses China ke Layanannya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - OpenAI mengambil langkah dadakan di pasar China. Dalam memonya kepada pengguna, pemilik ChatGPT ini akan memutus akses perangkat lunak ke layanannya mulai Juli 2024.

Kebijakan ini dikhawatirkan akan membuat para wiraswasta dan startup China yang kekurangan dana kehilangan beberapa alat terbaik untuk menyempurnakan atau meluncurkan aplikasi artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI) mereka.

Ada pun langkah OpenAI ini akan memberikan kesempatan bagi pemain AI lokal seperti Baidu Inc hingga Alibaba Group Holding Ltd meningkatkan pangsa pasarnya di sektor tersebut. Sejak Selasa (15/6/2024), setidaknya setengah lusin perusahaan dan startup China termasuk Tencent Holding Ltd dan Zhipu AI mulai menawarkan insentif kepada developer yang ingin beralih.

Bernard Leong, Kepala Eksekutif Dorje AI yang berbasis di Singapura, mengatakan kekhawatiran yang lebih besar mungkin adalah apakah model open-source seperti Llama milik Meta Platform Inc juga bakal memutus aksesnya.

“Saya menduga mungkin hanya akan ada sedikit pemain yang tersisa,” ungkap Bernard Leong. “Hanya akan ada sedikit pemenang, dan mereka akan menjadi yang terbesar di China.”

Untuk pengguna yang bermigrasi dari OpenAI, Baidu menjanjikan penyempurnaan model AI gratis dan panduan ahli pada model Ernie andalannya, bersama dengan 50 juta token gratis yang dapat digunakan pengembang. Alibaba dan Tencent pun memasang iklan yang mendorong pergeseran tersebut.

Baichuan, yang didukung oleh Alibaba dan Tencent, menawarkan 10 juta token gratis. SenseTime Group Inc memberikan 50 juta token. Zhipu memberikan 150 juta token dan serangkaian sesi pelatihan untuk memudahkan transisi.

Bahkan Microsoft Corp - pendukung terbesar OpenAI - menerbitkan panduan langkah demi langkah di WeChat tentang cara bermigrasi ke layanan lokalnya, yang dioperasikan oleh mitra lokal 21Vianet.

Perusahaan-perusahaan AS seperti OpenAI, Meta, dan Alphabet Inc telah memimpin dunia dalam hal AI generatif, yang mengeluarkan teks, gambar, dan video dari perintah sederhana. Dasar dari model-model tersebut adalah antarmuka pemrograman aplikasi yang digunakan pengembang guna membangun dan menyempurnakan platform mereka sendiri dalam mengintegrasikan layanannya.

Hal ini merupakan keuntungan bagi para pengembang China yang memulai dari nol, yang mengakses alat OpenAI melalui jaringan virtual private (VPN) atau cara lain di sekitar kebijakan ketat China dalam bidang teknologi. Banyak pengembang lokal - terutama mereka yang tidak memiliki dana yang besar - lebih memilih untuk melatih sistem dan aplikasi AI melalui perangkat OpenAI, karena dianggap sebagai tolok ukur industri.

OpenAI sekarang mengancam untuk memutuskan koneksi.

“Pemilik model bahasa besar (LLM) terkemuka di China bisa mendapatkan keuntungan dari akses terbatas ke OpenAI, dan ini akan membantu menyaring pemain yang lebih kecil dan kurang efektif dari pasar," kata You Chuanman, kepala Pusat Peraturan dan Tata Kelola Global  Chinese University of Hong Kong-Shenzhen. "Pada saat yang sama, ini akan mempersulit pengembang China menggunakan algoritme AI global yang paling canggih."

Langkah OpenAI ini bertepatan dengan meningkatnya tekanan Washington guna mengekang akses China ke teknologi AI dan semikonduktor yang paling canggih. Departemen Keuangan AS telah mengajukan rencana untuk lebih membatasi investasi dari individu dan perusahaan AS ke China, dengan fokus pada pembatasan teknologi generasi berikutnya.

Dalam jangka panjang, para pakar industri mengatakan kurangnya akses ke alat global dapat semakin menghambat pemain AI China saat mereka mengejar ketertinggalan dari AS. Chairman Alibaba Joe Tsai mengatakan bahwa dibutuhkan setidaknya dua tahun bagi model AI buatan dalam negeri untuk menyamai model AI AS.

Hal ini juga dapat mempercepat migrasi startup teknologi China ke luar negeri yang mencari pasar yang tumbuh lebih cepat dengan ketidakpastian politik yang lebih sedikit.

"Situasi ini secara langsung berkaitan dengan persaingan yang sedang berlangsung antara China dan AS dalam terobosan teknologi nan radikal,” kata Neil Zhu Xiaohu, pendiri dan kepala riset University AI, yang melatih perusahaan-perusahaan China.

"AS memiliki undang-undang yang menargetkan semikonduktor China sebelumnya dan baru-baru ini, ada pembatasan kerja semikonduktor dan AI, jadi pembatasan layanan API (apllication program interface) China bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba."

(DKH)

SHARE