Technology

Penjualan Mobil AS Melambat usai Lonjakan Pembelian

Kunthi Fahmar Sandy 14/08/2025 10:34 WIB

Penjualan mobil baru turun 300.000 unit pada Juni 2025 dari 15,6 juta menjadi 15,3 juta unit, menurut data Cox Automotive bulan lalu.

Penjualan Mobil AS Melambat usai Lonjakan Pembelian (FOTO:Dok Laman Al Jazeera)

IDXChannel - Penjualan mobil AS mulai melambat setelah sebelumnya mengalami lonjakan pembelian akibat ancaman tarif trump.

Dilansir dari laman Al Jazeera Kamis (14/8/2025), penjualan mobil baru turun 300.000 unit pada Juni 2025 dari 15,6 juta menjadi 15,3 juta unit, menurut data Cox Automotive bulan lalu.

"Sekarang penjualan melambat karena lonjakan pembelian sebelum tarif cukup menarik banyak orang yang mungkin sudah berada di pasar tahun ini, yang ingin membeli sebelum tarif diberlakukan," ujar Mark Schirmer Direktur Industri di Cox Automotive, kepada Al Jazeera.

Hal ini akan semakin menyulitkan produsen mobil, dealer, dan pembeli di masa mendatang. "Harga naik bersamaan dengan penurunan permintaan," ujar Sina Golara, Asisten Profesor Manajemen Rantai Pasokan di Robinson College of Business, Georgia State. 

"Jika konsumen tidak memiliki ketahanan untuk membayar harga yang lebih tinggi tersebut, mereka akan mundur," tutur dia.

Pendekatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang tidak menentu terhadap tarif, dengan memberlakukan beberapa tarif lalu menghapusnya, telah menyulitkan rencana bisnis ke depan.

Pada bulan April, perusahaan mobil, termasuk Stellantis, Ford, dan Volvo, menangguhkan panduan keuangan akibat ketidakpastian tersebut.

Bulan lalu, Volvo mengatakan bahwa tarif akan merugikan perusahaan sebesar USD1,2 miliar pada kuartal kedua. Ford kemudian mengumumkan bahwa mereka memperkirakan laba tahunan akan berkurang menjadi USD3 miliar setelah mengalami kerugian sebesar USD800 juta dari tarif pada kuartal kedua.

GM mengumumkan bahwa mereka memperkirakan kerugian sebesar USD5 miliar, dan Toyota memperkirakan kerugian sebesar USD9,5 miliar akibat tarif terhadap laba tahun ini.

Pada bulan Mei, Ford juga menuturkan akan menaikkan harga beberapa mobil buatan Meksiko, termasuk SUV listrik Mustang Mach-E, truk pikap Maverick, dan Bronco Sport, yang dalam beberapa kasus dapat mencapai USD2.000. Mobil-mobil tersebut mulai tersedia di pasaran bulan lalu.

Akibatnya, konsumen sebagian besar memilih mobil bekas yang tidak dikenakan tarif, termasuk mobil buatan luar negeri, karena mobil-mobil tersebut sudah ada di jalan-jalan AS.

Penjualan mobil bekas naik 2,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan Used Car Index, sebuah platform industri otomotif dari Edmunds.

Hal ini sebagian disebabkan oleh terbatasnya pasokan mobil bekas. Laporan Edmunds menyatakan bahwa pembeli dan penjual yang ingin meningkatkan mobil tetapi membutuhkan dana dari penjualan mobil lama, ragu untuk mengeluarkan biaya di tengah ketidakpastian ekonomi.

Dampak yang lebih besar dari kedua tren tersebut adalah penumpukan inventaris. Rata-rata, dealer memiliki stok mobil di tempat penjualan selama 82 hari, meningkat sekitar 14 persen antara Mei dan Juni.

Cox memperkirakan harga bisa naik antara 4 hingga 8 persen selama enam bulan ke depan akibat tarif tersebut. Grup tersebut memprediksi penjualan mobil baru akan mencapai 13 juta hingga 13,3 juta unit tahun ini.

"Tarif akan bersifat inflasioner, baik di pasar kendaraan baru maupun bekas," kata Schirmer, seraya menambahkan bahwa tantangan utama saat ini adalah penumpukan stok yang belum terjual.

Para analis yakin bahwa harga akan terus naik di tengah tarif Trump, terutama karena perusahaan-perusahaan mencoba memindahkan rantai pasokan ke AS, seperti yang diminta Trump. "Keringanan tarif ini seperti memasang plester pada luka tembak, di mana perusahaan mobil AS yang kini menghadapi dampaknya akan mengubah paradigma industri otomotif AS di tahun-tahun mendatang," kata Dan Ives, Analis di Wedbush Securities, dalam sebuah catatan yang diberikan kepada Al Jazeera.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE