Technology

Pesawat Antariksa Jepang Hilang Kontak saat Mendarat di Bulan

Dian Kusumo 27/04/2023 15:51 WIB

Sebuah pesawat pendarat Hakuto-R milik Jepang mengalami kegagalan dalam misi pendaratan bersejarah hari Selasa (25 April).

Pesawat Antariksa Jepang Hilang Kontak saat Mendarat di Bulan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sebuah pesawat pendarat Hakuto-R milik Jepang mengalami kegagalan dalam misi pendaratan bersejarah hari Selasa (25 April). 

Robotik Hakuto-R, dijalankan melalui perusahaan asal Tokyo, ispace, memiliki tujuan sebagai wahana antariksa swasta pertama sekaligus kendaraan pertama buatan Jepang yang berhasil mendarat mulus di Bulan.

Dilansir dari space.com, Sayangnya, rencana tersebut tidak terlaksana. Sebab, pihak ispace kehilangan kontak dengan Hakuto-R tepat disaat pesawat tersebut diagendakan mendarat dengan lembut di permukaan bulan pukul 12:40 siang EDT (1640 GMT).

"Jadi, kami harus berasumsi bahwa kami tidak dapat menyelesaikan pendaratan di permukaan bulan," ungkap pendiri serta CEO ispace, Takeshi Hakamada, melalui sebuah webcast terkait upaya bersejarah tersebut.

Sejauh ini, perusahaan terus mencoba menghubungi pendarat, namun nihil. Alhasil, "telah ditentukan bahwa ada kemungkinan besar pendarat tersebut pada akhirnya melakukan pendaratan keras di permukaan bulan," terang ispace dalam sebuah pembaruan malam ini.

"Untuk menemukan akar penyebab dari situasi ini, para insinyur ispace saat ini sedang mengerjakan analisis rinci dari data telemetri yang diperoleh hingga akhir urutan pendaratan dan akan mengklarifikasi rinciannya setelah menyelesaikan analisis," tambah mereka.

Melalui sumber yang sama, Seandainya percobaan kali ini masih belum berhasil, maka wahana buatan pemerintah Amerika Serikat, Uni Soviet/Rusia, dan Cina bakal menyandang predikat sebagai penjelajah robotik yang berhasil mendarat di tetangga terdekat Bumi ini.

Seperti diketahui, pengujian pendaratan pada saat ini telah menyudahi lebih dari satu dekade pengerjaan dari luar angkasa. Sejak 2013 hingga 2018, mereka telah menjalankan Tim Hakuto ("White Rabbit") pada Google Lunar X Prize, suatu perlombaan yang menawarkan hadiah sebesar 20 juta dolar AS untuk perusahaan swasta pertama yang berhasil mendaratkan wahana robotik ke bulan.

Namun, kompetisi berakhir pada tahun 2018 lalu tanpa pemenang, meski begitu, ispace masih meneruskan pengembangan pendaratnya. Akhirnya, ia berhasil mencapai landasan peluncuran pada Desember 2022, setelah meluncurkan Hakuto-R di atas roket SpaceX Falcon 9 melalui misi uji coba yang dinamai M1.

Dengan menggunakan M1, Hakuto-R melewati jalur yang panjang hingga tiba di orbit bulan pada 20 Maret. Pada hari ini, pendarat mulai turun ke permukaan, dari ketinggian 62 mil (100 kilometer) lewat serangkaian manuver dengan waktu sekitar satu jam.

Titik pendaratannya terletak di dasar Kawah Atlas selebar 54 mil (87 km) di wilayah Mare Frigoris ("Lautan Dingin") sisi dekat Bulan. Berdasarkan telemetri yang disiarkan pada tayangan langsung, terlihat Hakuto-R berada pada posisi tepat, akan tetapi tidak berhasil melakukan pendaratan. 

Hingga tiba waktu pendaratan yang direncanakan, belum ada kabar dari pendarat, sehingga tim misi pun menganggap percobaan tersebut gagal.

Kendati demikian, Hakuto-R kembali mengirimkan data ke rumah selama percobaan pendaratan, ucap Hakamada, dan menggambarkan hal tersebut sebagai satu dari sekian banyak pencapaian dari M1.
"Kami sangat bangga," katanya dalam siaran langsung tersebut. "Kami telah mencapai banyak hal selama Misi 1 ini."

Dari sumber yang sama, Awalnya, M1 dirancang guna membuktikan perangkat keras serta pengetahuan pendaratan di bulan milik perusahaan, tapi Hakuto-R tetap membawa berbagai muatan yang layak pada misi tersebut.

Misalnya, baterai solid-state eksperimental buatan perusahaan Jepang, Niterra, akan diuji coba pada kondisi ekstrem di atas pendarat. Adapun Hakuto-R bersiap untuk menurunkan dua robot ke permukaan bulan: Sora-Q, robot pengubah bentuk buatan Japan Aerospace Exploration Agency dan perusahaan Tomy, serta Rashid, robot penjelajah seberat 22 pon (10 kilogram) akan dioperasikan dari badan antariksa Uni Emirat Arab.

Tujuan dari Rashid sendiri yakni untuk melakukan berbagai pengamatan selama satu hari di bulan (sekitar 14 hari di Bumi). Selain itu, robot kecil juga membawa berbagai kamera sekaligus instrumen yang dirancang agar membantu mengkarakterisasi lingkungan permukaan bulan dengan muatan listrik.

Kinerja pada Rashid didukung oleh program pembelajaran mesin dalam misi ini dikembangkan pada perusahaan Kanada, Mission Control Space Services. Sebagai bagian dari misi M1, hal tersebut juga bersejarah dengan belum pernah ada sistem AI "deep learning" yang pernah melakukan perjalanan di luar orbit Bumi sebelumnya.

Dalam foto tersebut, terdapat foto luar biasa dari kamera dalam pesawat pendarat Mission 1. Nampak Bumi terbit dari Bulan ketika terjadi gerhana matahari, dipotret melalui kamera pendarat pada ketinggian sekitar 100 km dari permukaan Bulan. (1/2) pic.twitter.com/pNSI4lPnuxApril 24, 2023.

Pada sumber yang sama, Jika berjalan sesuai rencana, kegagalan tersebut hanya menjadi hambatan kecil pada perjalanan ke luar angkasa. 

Tujuan utama dari perusahaan tersebut untuk meluncurkan misi pendaratan di bulan yang kedua dan ketiga pada tahun 2024 dan 2025.
Sementara ispace terus meningkatkan layanan transportasi Bumi-bulan darinya, bahkan menargetkan dua misi permukaan bulan per tahun pada masa mendatang agar dapat membantu mengembangkan ekonomi luar angkasa.

"Visi kami adalah untuk membangun ekosistem yang layak secara ekonomi dan berkelanjutan di [ruang angkasa] cislunar," tutur Hakamada kepada Space.com tidak lama sebelum M1 meluncur.

Tidak hanya itu, Misi di tahun 2025, atau dikenal sebagai M3, menjadi bagian dari program Layanan Muatan Bulan Komersial (Commercial Lunar Payload Services/CLPS) NASA. 

Pada program CLPS, NASA menggunakan pendarat buatan swasta untuk membawa peralatan sains ke permukaan bulan, sehingga bertujuan mendukung program Artemis, sebuah program eksplorasi bulan berawak milik NASA.

Selanjutnya, berbagai misi CLPS lainnya diagendakan meluncur pada beberapa bulan dan tahun mendatang. 

Misal, terdapat dua pendarat swasta Amerika akan terbang pada musim panas ini, bila semua berjalan sesuai rencana dengan baik, seperti Peregrine milik Astrobotic (dalam peluncuran perdana roket Vulcan Centaur milik United Launch Alliance) dan Nova-C milik Intuitive Machines (dengan menggunakan Falcon 9).

Maka, peristiwa percobaan pendaratan Hakuto-R bukanlah kejadian pertama. Justru, ia merupakan salah satu langkah awal bagi gelombang eksplorasi swasta berikutnya guna membantu manusia dalam pengembangan sumber daya bulan semacam air es agar bisa berpijak di tempat yang jauh dari Bumi.

Bagaimanapun juga, Hakuto-R sebenarnya bukan pesawat ruang angkasa swasta pertama yang mencapai Bulan. 

Sebelumnya, CAPSTONE, sebuah wahana kecil buatan perusahaan Colorado, Advanced Space, yang dibangun dan dioperasikan untuk NASA, telah tiba di orbit bulan bulan November lalu. Namun, CAPSTONE hanya bertahan di orbit; karena ini bukan misi permukaan.

Selain itu, pendarat Jepang juga bukan pesawat swasta pertama dalam upaya pendaratan lunak di Bulan. Melainkan, Wahana antariksa Beresheet milik Israel sempat mencobanya pada April 2019, sayangnya gagal.

(DKH)

SHARE