Saham-Saham Pembuat Chip Kehilangan USD500 miliar Imbas Pembatasan Perdagangan AS-China
Saham-saham pembuat chip dalam Indeks semikonduktor Wall Street kehilangan nilai pasar lebih dari USD500 miliar pada Rabu (17/8/2024) waktu setempat.
IDXChannel – Saham-saham pembuat chip dalam Indeks semikonduktor Wall Street kehilangan nilai pasar lebih dari USD500 miliar pada Rabu (17/8/2024) waktu setempat. Sesi terburuk sejak 2020 itu terjadi setelah sebuah laporan mengatakan Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat terhadap ekspor teknologi semikonduktor ke China.
Saham penyedia peralatan pembuat chip Belanda ASML Holding (ASML.AS) yang terdaftar di AS merosot 13 persen menyusul laporan tersebut meskipun mengalahkan perkiraan laba kuartal kedua. Perusahaan pembuat AI terkemuka, Nvidia (NVDA.O), turun hampir 7 persen dan kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari USD200 miliar.
Saingan yang lebih kecil AMD (AMD.O) dan Arm turun sekitar 10 persen. Micron (MU.O) turun 6 persen dan Broadcom (AVGO.O) hilang 8 persen.
Sementara itu, perusahaan dengan operasi manufaktur chip AS menguat, dengan GlobalFoundries (GFS.O) melonjak hampir 7 persen dan Intel (INTC.O) naik tipis 0,35 persen. Beberapa analis yakin Intel dapat mengambil manfaat dari ketegangan geopolitik dengan membangun beberapa pabrik di negara tersebut.
Di sisi lain, indeks Semikonduktor Philadelphia (.SOX), jatuh 6,8 persen dalam penurunan satu hari terbesarnya sejak pandemi COVID membuat pasar global terpuruk. Indeks ini tetap naik 30 persen pada tahun 2024, mengungguli indeks S&P 500 (.SPX) dengan kenaikan 17 persen berkat booming AI.
“Reaksi pasar kemungkinan hanya berumur pendek karena faktor-faktor fundamental yang mendorong pasar-pasar ini tidak berubah. Ya, pembatasan AS terhadap pengiriman ke China kemungkinan akan sedikit meningkat – terlepas dari hasil pemilu AS – namun pembatasan tersebut telah diberlakukan sejak lama," kata Bob O'Donnell, kepala analis di TECHnalysis Research seperti dikutip dari Reuters, (18/7/2024).
Kekhawatiran terbaru bagi investor chip muncul setelah Washington dalam beberapa tahun terakhir mengadopsi sikap yang lebih protektif terhadap industri manufaktur semikonduktor AS, yang dianggap penting secara strategis untuk bersaing dengan China.
Bloomberg News melaporkan Selasa (16/7/2024) bahwa AS telah menyatakan kepada sekutunya terkait pertimbangan untuk menerapkan pembatasan perdagangan paling ketat jika perusahaan terus memberi China akses terhadap teknologi semikonduktor yang canggih.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah bergerak secara agresif untuk membatasi akses China terhadap teknologi chip mutakhir, termasuk pembatasan besar-besaran yang dikeluarkan pada Oktober untuk membatasi ekspor prosesor AI yang dirancang oleh perusahaan-perusahaan AS, termasuk Nvidia.
Pembatasan ini telah menghambat penjualan pembuat chip AS ke China. Padahal pendapatan Nvidia dari China mencapai sekitar 18 persen dari total pendapatannya pada kuartal yang berakhir 28 April, dibandingkan dengan 66 persen pada periode tahun lalu.
Hal itu ditambah dengan pernyataan calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, yang mengatakan pusat produksi chip utama Taiwan harus membayar AS untuk pertahanannya.
Trump, yang berusaha untuk mendapatkan kembali kursi kepresidenan pada pemilu AS tanggal 5 November 2024 mendatang, mengatakan kepada Bloomberg Businessweek bahwa Taiwan harus membayar Amerika Serikat untuk pertahanannya karena Taiwan tidak memberikan apa pun kepada negara tersebut. Hal ini membuat saham TSMC Taiwan yang terdaftar di AS – pembuat chip kontrak terbesar di dunia – turun 8 persen.
Taiwan memainkan peran yang sangat besar dalam rantai pasokan chip global. Para analis telah memperingatkan bahwa konflik apa pun terkait pulau ini dapat menghancurkan perekonomian global.
Intel Bisa Manfaatkan Peluang
Intel telah berinvestasi besar-besaran untuk memulihkan keunggulan manufaktur yang hilang dari TSMC. Mereka juga merupakan salah satu penerima manfaat terbesar dari Undang-Undang Chips AS yang ditandatangani oleh Biden pada Agustus 2022, dengan subsidi sebesar USD52,7 miliar.
Beberapa pakar kebijakan mengatakan fokus AS pada semikonduktor kemungkinan akan terus berlanjut, bahkan jika Trump kembali berkuasa, dengan potensi lebih banyak pembatasan ekspor ke China dan dukungan untuk pembuat chip dalam negeri seperti Intel.
Namun mereka memperingatkan ketidakpastian mengenai kemampuan Intel untuk merevitalisasi bisnis manufakturnya, dengan segmen pengecoran perusahaan mencatat kerugian operasional sebesar USD2,47 miliar untuk kuartal yang berakhir 30 Maret.
“Kemungkinan besar Presiden Trump tidak hanya akan melanjutkan pembatasan ekspor, namun juga memperkuatnya,” kata Michael Sobolik, peneliti senior di Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika.
“Dia memprakarsai banyak kontrol ekspor semikonduktor selama pemerintahan pertamanya, termasuk ‘aturan produk asing langsung’ yang kuat yang membatasi pihak asing untuk memungkinkan akses Huawei ke semikonduktor,” ujarnya menambahkan.
(FRI)