Technology

Toyota Dikabarkan Ingin Akuisisi Neta untuk Perkuat Bisnis Mobil Listrik

M Fadli Ramadan 13/05/2025 13:34 WIB

Toyota dikabarkan ingin mengakuisisi Neta Auto yang saat ini sedang dalam masalah finansial. Toyota ingin memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik China.

Toyota dikabarkan ingin mengakuisisi Neta Auto yang saat ini sedang dalam masalah finansial. (foto: Reuters)

IDXChannel- Toyota dikabarkan ingin mengakuisisi Neta Auto yang saat ini sedang dalam masalah finansial. Toyota ingin memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik China.

Rencana ini bisa sangat menguntungkan bagi Toyota. Sebab, strategi ini bisa memberi dampak besar pada pengembangan kendaraan listrik Toyota di masa depan.

Melansir Carnewschina, Selasa (13/5/2025), Neta Auto yang didirikan Hozon New Energy Auto pada pada 2014 mengalami krisis finansial sejak 2024. Kondisi ini membuat Neta menghentikan proses produksi dan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) massal. 

Saat ini, Neta dikabarkan sedang berusaha keras mencari investor untuk memperbaiki kondisi internal. Pada 10 Februari 2025, Neta mengungkapkan rencana pendanaan E-roud yang gagal melibatkan USD552 juta-USD621 juta.

Investor utama, yang didukung dana negara BRICS, menjanjikan 3 miliar yuan (Rp6,75 triliun). Pendanaan itu bergantung pada dimulainya kembali produksi dan pengamanan investasi yang sesuai, tapi keduanya tak terwujud.

Untuk melancarkan pendanaan, Neta membuka kembali pabrik di Tongxiang. Pada awal Januari, produksi tidak pernah dilanjutkan karena kekurangan suku cadang. Kegagalan ini menyebabkan investor menarik diri dan membatalkan kesepakatan.

Pada awal 2025, usulan kepemilikan saham sebesar 50 persen hanya dengan harga 3 miliar yuan (sekitar Rp6,75 triliun) memangkas valuasi perusahaan menjadi 6 miliar yuan (sekitar Rp13,5 triliun), artinya ada penurunan sebesar 80 persen.

Hal ini membuat marah para investor awal dan yang didukung China termasuk 360 Security Technology. Perusahaan yang didirikan Zhou Hongyi itu menarik investasi lanjutan sebesar 138 juta dolar AS yang dijanjikan.

Kepercayaan investor terhadap manajemen Neta sejak saat itu memburuk. Secara finansial, Neta telah membukukan kerugian kumulatif sebesar 18,3 miliar yuan (sekitar Rp41,24 triliun) selama tiga tahun dan berutang kepada pemasok sebesar 6 miliar yuan (sekitar Rp13,5 triliun).

Perusahaan mengusulkan untuk mengubah 70 persen utang pemasok menjadi ekuitas dan membayar sisanya secara mencicil, dengan peringatan bahwa perusahaan dapat gagal bayar upah dan asuransi sosial tanpa modal baru. Jika Neta bangkrut, investor pemerintah akan diprioritaskan dalam pembayaran utang, sehingga pemasok berada dalam risiko.

Meskipun terjadi kekacauan, Neta tetap mempertahankan beberapa nilai teknologi dan pasar. Pada 26 Maret, perusahaan ini memperoleh perjanjian utang-untuk-ekuitas senilai 2 miliar yuan (sekitar Rp4,5 triliun) dengan 134 pemasok utama dan menerima dukungan finansial dari lembaga-lembaga Thailand dan Solotech dari Hong Kong.

Jika kesepakatan ini berlanjut, Toyota dapat memanfaatkan aset Neta dan pengetahuan lokalnya untuk mempercepat peluncuran kendaraan listriknya di China.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE