Vice Media Sosial AS Bangkrut, Tiga Perusahaan Ini Siap Beri Pinjaman
Sebuah perusahaaan media asal Amerika-Kanada, Vice sempat bernilai USD5,7 miliar pada enam tahun yang lalu, sembari mengincar potensi IPO.
IDXChannel - Sebuah perusahaaan media asal Amerika-Kanada, Vice sempat bernilai USD5,7 miliar pada enam tahun yang lalu, sembari mengincar potensi IPO.
Namun kini, perusahaan yang menjadi trendsetter ini justru mengajukan kebangkrutan di Bab 11.
Dilansir dari TechCrunch, sejumlah pemberi pinjaman perusahaan seperti Fortress Investment Group, Soros Fund Management, dan Monroe Capital pun menyetujui pembelian perusahaan tersebut sebesar USD225 juta.
Harga tersebut hanyalah sekitar 4 persen dari valuasi perusahaan di tahun 2017. Meski demikian, Vice juga mempunyai hak atas penjualan kepada penawar yang lebih tinggi.
"Proses penjualan yang diawasi oleh pengadilan yang dipercepat ini akan memperkuat perusahaan dan memposisikan VICE untuk pertumbuhan jangka panjang," ungkap Bruce Dixon dan Hozefa Lokhandwala, co-CEO VICE, melalui siaran pers.
"Kami akan memiliki kepemilikan baru, struktur modal yang disederhanakan dan kemampuan untuk beroperasi tanpa kewajiban lama yang selama ini membebani bisnis kami."
Situasi memilukan yang dialami Vice membuat awan badai di industri media digital semakin gelap. Sebelumnya, pada bulan lalu, BuzzFeed News sebagai pemenang Hadiah Pulitzer ditutup menyusul pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berdampak pada 15 persen karyawan perusahaan. Kemudian, MTV News pun baru saja ditutup setelah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berdampak pada 25 persen pekerja di perusahaan induknya, Paramount. Sedangkan Vice sendiri, belakangan ini perusahaan juga telah membatalkan program TV-nya, "Vice News Tonight", ditambah dengan berbagai program vertikal seperti Vice World News, Vice Audio, dan Waypoint.
Namun, sebenarnya bukan masalah keuangan Vice yang menjadi cerminan murni dari bisnis media pada umumnya. Melainkan, kombinasi pilihan manajemen buruk di era "pivot-to-video", sekaligus lingkungan kerja "klub anak laki-laki" perusahaan secara keseluruhan, menimbulkan badai sempurna terhadap kemerosotan Vice. Mereka juga melakukan kesalahan manajerial fatal hingga diduga memupuk budaya pelecehan seksual.
Mendapati tuduhan tersebut, pendiri dan CEO Shane Smith memutuskan mengundurkan diri, walau ia mengaku tidak mengetahui jika presiden Andrew Creighton diduga telah membayar seorang karyawannya guna menyelesaikan klaim pelecehan seksual; sementara itu, suksesor Smith, Nancy Dubuc, juga mengundurkan diri secara mengejutkan pada Februari lalu seiring dengan gejolak keuangan perusahaan.
Sedangkan salah satu pendiri Vice, Gavin McInnes, yang hengkang dari perusahaan tersebut tahun 2008, kemudian membentuk Proud Boys, sebuah kelompok sayap kanan.
Berdasarkan data laporan keuangan Vice, perusahaan tersebut memiliki utang sekitar USD834 juta.
Selama berlangsungnya proses penjualan tersebut dimana diharapkan akan memakan waktu beberapa bulan, maka Vice masih mempunyai akses terhadap pendanaan lebih dari USD20 juta melalui para pemberi pinjaman agar dapat terus beroperasi.
(DKH)