IDXChannel - Setiap pagi hari ribuan wanita yang berada di Kota dan Kabupaten Sukabumi berangkat dari rumahnya menuju pabrik-pabrik yang ada di wilayah Kabupaten Sukabumi, kemacetan yang parah kadang membuat emosi naik ketika di jalan raya.
Hal tersebut juga yang dialami Christina Apriliana (32), dinginnya suhu di wilayah Sukabumi tidak membuat dirinya bermalas-malasan. Menempuh 1,5 jam perjalanan dari rumah menuju salah satu pabrik sepatu ternama di wilayah Cikembar Kabupaten Sukabumi, ia jalani setiap hari dengan menggunakan ojek abonemen yang dibayarnya ketika mendapat gaji bulanan.
Namun kini aktivitas tersebut sudah tidak ia lakukan lagi, di awal bulan Agustus 2020, surat Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) yang ia terima dan sekitar 4000 pegawai lainnya akibat datangnya pandemi Covid-19.
“Sudah setahun saya tidak bekerja, untuk kebutuhan sehari-hari saya mengandalkan uang pesangon yang diterima waktu di PHK,” ujar Christina sambil memandang ke atas langit.
Puluhan kali mencoba melamar kerjaan di tempat lain, namun perusahaan bukannya menerima pegawai baru tetapi mereka pun sama sedang mengurangi pegawainya. Berdagang pun pernah ia lakukan, akan tetapi kesulitan ekonomi yang merata tidak membuat usahanya berkembang.
“Puncak kehancurannya ketika diberikan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), modal habis untuk kebutuhan sehari-hari karena tidak boleh berjualan di masa PPKM,” ujarnya.
Christina mungkin wanita kurang beruntung, dari banyaknya bantuan sosial yang dikucurkan pemerintah, tidak satu pun bantuan yang pernah ia terima.
“Kalo pun sekarang pemerintah akan adakan BLT untuk pegawai yang nilainya Rp 1juta, menurut saya tidak tepat. Mereka yang masih bekerja, masih ada penghasilan, tidak harus dibantu, akan tetapi kami yang dirumahkan atau di PHK yang harus dibantu, karena kami tidak ada penghasilan sama sekali,” ujarnya.
Beruntung dirinya belum memiliki tanggungan sehingga bisa menumpang kepada keluarga untuk kebutuhan sehari-hari. Berbeda dengan Christina, Aneta Amanda (29) ibu rumah tangga yang baru saja dirumahkan dari pekerjaannya, masih mempunyai suami yang menopang ekonomi keluarga.
“Suami bekerja sebaga ojek online, Alhamdulillah masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun sejak awal pandemi ini penghasilan suami turun drastis,” ujar Aneta.
Ia mengakui merasa kecewa ketika pertama dirumahkan, akan tetapi sebagai karyawan di toko busana yang terdapat di pusat kota, ketika terjadinya PPKM took tempat bekerjanya tidak diperbolehkan untuk berjualan.
“Saya hanya bisa pasrah, mau gimana lagi. Pemilik toko juga sepi tidak ada yang beli ditambah masa PPKM tidak boleh berjualan, makanya saya dirumahkan dahulu,” ujar Aneta.
Ia pun berharap adanya bantuan bagi para pegawai yang terkena dampak PHK, bukan hanya pegawai yang mempunyai penghasilan. “Berharap sih ada kebijakan bagi orang seperti saya, yang dahulunya bekerja dan sekarang dirumahkan yang dapat bantuan,” ujarnya.
(SANDY)
Advertisement
Curhat Korban PHK di Masa Pandemi dan PPKM: Modal Habis untuk Kebutuhan Sehari-hari
Puluhan kali mencoba melamar kerjaan di tempat lain, namun perusahaan bukannya menerima pegawai baru tetapi mereka pun sama sedang mengurangi pegawainya.

Curhat Korban PHK di Masa Pandemi dan PPKM: Modal Habis untuk Kebutuhan Sehari-hari (FOTO:MNC Media)
Follow Saluran Whatsapp IDX Channel untuk Update Berita Ekonomi
Follow
Advertisement
Advertisement