sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pertamina Rugi Rp11 Triliun Meski Diawasi Ahok

Market news editor Fahmi Abidin
26/08/2020 11:30 WIB
Pertamina alami kerugian hingga Rp11 triliun. VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan sepanjang semester I-2020 alami triple shock.
Pertamina Rugi Rp11 Triliun Meski Diawasi Ahok. (Foto : IDXChannel/Infografis)
Pertamina Rugi Rp11 Triliun Meski Diawasi Ahok. (Foto : IDXChannel/Infografis)
Pertamina Rugi Rp11 Triliun Meski Diawasi Ahok. (Foto : IDXChannel/Infografis)

IDXChannel - “Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi Pertamina enggak punya KPI (key performance indicator). Padahal KPI sifatnya administrasi semua. Jadi merem (Pertamina) juga untung,” Basuki Tjahja Purnama, Komisaris utama Pertamina dalam sebuah wawancara bersama Andy F Noya di Live Instagram KickAndy Show, Sabtu, (27/6/2020).

Sekadar diketahui, nyatanya PT Pertamina (persero) alami kerugian hingga Rp11 triliun. VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan sepanjang semester I-2020 Pertamina menghadapi triple shock yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri serta pergerakan nilai tukar dollar yang berdampak pada Rupiah sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan. 

Melirik ke dalam laporan keuangan Pertamina, penurunan laba Pertamina akibat pendapatan usaha turun dari USD25,55 miliar menjadi USD 20,48 miliar yang disebabkan penjualan minyak dalam negeri seperti minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi dan produksi minyak yang turun hingga 20,91 persen menjadi USD16,56 miliar.

Sementara itu, beban produksi hulu dan lifting naik dari USD2,38 miliar menjadi USD2,43 miliar. Kemudian Beban operasional perusahaan ikut naik menjadi USD960,98 juta dari USD803,7 juta. Namun, beban pokok penjualan dan beban langsung lainnya turun dari USD21,98 miliar menjadi USD18,87 miliar. Laba kotor Pertamina tetap anjlok 55,05 persen menjadi USD 1,60 miliar.

Perusahaan plat merah itu juga alami rugi selisih kurs sebesar USD211,83 juta, di mana pada 2019 di periode yang sama, selisihnya masih positif USD 64,59 juta. (*)

Advertisement
Advertisement