IDXChannel—Kisah inspiratif tentang guru-guru mampu menarik simpati masyarakat dengan cepat. Para guru inspiratif ini tak hanya menjalankan tugasnya untuk mengajar, tak sedikit di antaranya yang terlibat jauh dalam kehidupan para murid yang tak semuanya penuh warna dan keceriaan.
Tak jarang, kisah-kisah inspiratif para guru ini menjadi legenda di daerah dan negaranya masing-masing. Ada pula yang diangkat menjadi film. Freedom Writer adalah salah satu film yang mengisahkan tentang guru inspiratif yang berhasil menyatukan murid-muridnya yang terpecah belah karena ras.
Ada kisah-kisah inspiratif lain tentang peranan guru dari belahan dunia. Para guru tersebut menunjukkan tekad dan dedikasi tinggi untuk menunaikan kewajibannya sebagai pengajar kepada para muridnya.
Banyak guru yang melakukan pengorbanan besar begitu pandemi melanda beberapa tahun belakangan. Kegiatan belajar mengajar yang mulanya dilakukan secara tatap muka, kini berubah menjadi belajar online.
Perubahan ini terkesan sepele, namun para prakteknya, lokcdown memberi dampak paling besar pada murid-murid dari keluarga miskin. Dilansir dari teachertaskforce.org (21/2), simak kisah-kisahnya berikut ini.
Faimau adalah seorang guru di SD Fatutasu Kecil, Nusa Tenggara Timur. Saat persebaran Covid-19 berada dalam titik terparahnya, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial. Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu aktivitas harian masyarakat yang terdampak.
Ketersediaan internet di Indonesia memang cukup tinggi, namun hingga saat ini masih banyak daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan internet, sehingga saat sekolah ditutup dan kegiatan belajar berubah menjadi online, murid-murid di sekolah Faimau terancam tidak akan mendapatkan pengajaran sama sekali.
Faimau rela menempuh jarak berjam-jam dari rumahnya ke lokasi terdekat di area tempat tinggal murid-muridnya. Faimau akan mengumpulkan beberapa muridnya yang tinggal berdekatan untuk membentuk grup belajar bersama, dan di sanalah Faimau mengajar mereka dengan satu laptop dikelilingi para murid.
Bagi Faimau, pengorbanannya ini hanyalah bagian kecil dari kewajibannya untuk mengajar. Ia memahami, pendidikan akan berfungsi efektif jika dilakukan secara konsisten. “Anak-anak harus tetap belajar, karena kalau kita tinggalkan mereka begitu saja, mereka akan balik ke titik nol,” tuturnya.
Zane Powels adalah seorang asisten kepala sekolah di Western Primary School, Grimsby, Inggris. Sekolah itu terletak di area kota yang memiliki perekonomian rendah. Sekitar empat dari 10 anak di sekolah itu mengandalkan makan siang gratis dari sekolah untuk mengisi perut.
Bagi anak-anak itu, makan siang gratis dari sekolah adalah satu-satu makanan layak yang akan mereka konsumsi setiap hari. Maka ketika lockdown mulai diberlakukan, Powels langsung mengerti betapa buruk dampaknya pada anak-anak tersebut.
Demi anak-anak itu, lima minggu setelah semua sekolah di Inggris ditutup, Powels mengantarkan jatah makan siang gratis itu ke semua murid. Terhitung lebih dari 2.000 paket makan siang ia antarkan.
Powels mengantarnya dari rumah ke rumah, membawa menu makan siang sekolah berisi sandwhich, buah-buahan, dan snack. Dengan mengantar makan siang ini, Powels juga mengecek keadaan muridnya satu per satu selama lockdown berlangsung.
“Saya sudah berjalan sejauh 125 mile mengantarkan 2.000 paket makan siang seberat 1.100 Kg. Hal terpenting adalah murid dan orangtua di sekolah kami mendapatkan support selama pandemi, saya ingin mereka tahu bahwa sekolah tetap memedulikan mereka,” tuturnya.
Nay adalah guru SD yang bekerja khusus untuk anak-anak dengan disabilitas di kota Guanajuato, Meksiko. Ia pernah viral saat fotonya yang tengah mengajar muridnya di truk pickup tersebar di internet.
Saat pandemi melanda Meksiko, sekolah-sekolah pun turut diliburkan. Namun tingkat ketersediaan di Meksiko tidaklah tinggi, hanya setengah dari total penduduk yang mampu mengakses internet.
Maka dari itu, Nay berkendara dengan truk pickupnya ke rumah murid-muridnya. Dia mengubah truknya menjadi kelas kecil, dan Nay mengajar muridnya satu per satu di situ. Nay tak pernah menganggap hal ini sebagai pengorbanan, melainkan kewajibannya pada murid-murid yang terdampak pandemi.
Demikianlah kisah inspiratif para guru SD yang rela berkorban besar demi anak muridnya selama pandemi berlangsung belum lama ini. (NKK)