IDXChannel—Simak deretan saham petrokimia di BEI. Emiten yang menjalankan usaha petrokimia tercatat sebagai saham sektor barang baku di Bursa Efek Indonesia, dengan klasifikasi industri barang kimia.
Terdapat sejumlah perusahaan terbuka yang menjalankan kegiatan usaha di bidang produksi bahan-bahan kimia. Berikut ini adalah 3 saham petrokimia di BEI yang patut diketahui investor.
Chandra Asri Pacific adalah anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang menjalankan usaha di bidang petrokimia. Perusahaan ini memiliki kompleks produksi dan pengolahan petrokimia terbesar di Indonesia.
Melalui entitas anak usahanya, TPIA memproduksi olefins dan polyolefins, soda api (caustic soda) dan ethylene dichloride. TPIA juga mengklaim sebagai pionir pengoperasian naphtha crakcer di Indonesia untuk produksi olefins dan polyolefins.
Olefins adalah bahan baku yang digunakan produk plastik, deterjen, pelarut, dan sebagainya. Sementara polyolefins adalah adalah polimer yang terbuat dari olefins, kegunaannya untuk produksi polietilena (kantong plastik) dan polipropilena (tali).
Chandra Asri memiliki empat segmen bisnis. Yakni segmen energi, segmen kimia, segmen infrastruktur, dan segmen perdagangan (trading). Pada bisnis infrastruktur, TPIA memiliki PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang belum lama ini melangsungkan IPO.
Pada perdagangan Kamis 23 Oktober 2025, saham TPIA dibuka di harga Rp7.100 per saham. Dalam satu bulan terakhir harga sahamnya menurun 9,81 persen. Kapitalisasi pasar TPIA saat ini mencapai Rp616,39 triliun.
Lotte Chemical Titan adalah perusahaan petrokimia yang memproduksi beragam jenis produk polietilena. Produk yang dihasilkan perseroan antara lain polietilena linier masa jenis rendah (LLDPE), polietilena masa jenis tinggi (HDPE), dan polietilena masa jenis rendah (LDPE).
Polietilena secara umum adalah bahan baku yang digunakan untuk produksi busa foam, jerry can plastik, kemasan makanan, pipa, rotan sintetis, kemasan industrial, tangki air, peralatan rumah tangga, jaring, tali, dan sebagainya.
Perusahaan ini berdiri pada 1987 dengan nama PT Indofatra Plastik Industri. Kemudian diakusisi oleh Titan Chemical Group (Malaysia) pada 2006 dan berganti nama menjadi PT Lotte Chemical Titan Tbk pada 2013 usai induknya diakuisisi oleh Lotte Chemical Corporation.
Melalui anak usahanya, emiten ini memiliki pabrik barang kimia dengan kapasitas terpasang 450.000 metrik ton per tahun. FPNI mencatatkan sahamnya di bursa pada 2002 dengan harga penawaran Rp450 per saham.
Pada perdagangan Kamis 23 Oktober 2025, harga FPNI dibuka di Rp192 per saham. Dalam satu bulan terakhir harga sahamnya turun 3,09 persen. Kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp1,05 triliun.
Polychem Indonesia adalah perusahaan yang menjalankan usaha di bidang bahan kimia dan tekstil. Pada bisnis petrokimia, ADMG adalah satu-satunya produsen mono-etilena glikol (MED), di-etilena glikol (DEG), tri-etilena glikol (TEG), dan etoksilat.
Sementara pada bisnis tekstil, ADMG memproduksi poliester dalam bentuk serat, benang, chips, dan sebagainya. Sebagai tambahan informasi, MEG adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan benang dan serat poliester.
Pada produksi kimianya, ADMG memiliki dua pabrik dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 233.600 ton per tahun. Perusahaan ini pada 1978, saat itu divisi poliester didirikan terlebih dahulu. Barulah pada 1989 divisi kimia didirikan.
ADMG mencatatkan sahamnya di bursa pada 20 Oktober 1993 dengan melepas 20 juta saham di harga penawaran Rp4.250 per saham. Pada perdagangan Kamis 23 Oktober 2025, AMDG diperdagangkan di kisaran Rp138 per saham.
Dalam satu bulan terakhir, saham ADMG tercatat menurun 0,72 persen. Saat ini kapitalisasi pasar ADMG adalah Rp536,71 miliar.
Itulah 3 saham petrokimia di BEI yang patut dicermati investor.
(Nadya Kurnia)